Mohon tunggu...
Harry Purnama
Harry Purnama Mohon Tunggu...

Trainer & coach mature leadership, listening wisdom dan work and life balance [WLB] tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

10 Fakta dan Mitos Yoga di Indonesia

18 Mei 2014   17:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:24 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1.  Jika Anda bisa memegang jempol kaki sambil membungkuk dengan 2 kaki lurus selama 10 hitungan nafas, itulah salah satu fleksibilitas otot yoga. Cobalah.  Kurang lebih baru 50% dari total populasi yang bisa melakukannya, maka market yoga demikian besarnya di seluruh dunia.   Yoga masuk ke Indonesia dan Asia dibawa oleh orang Eropa dan Amerika, meski asalnya dari orang India yang beragama Hindu. Kiblatnya sampai hari ini tetap ke sumber aslinya, India.  Sampai di Indonesia, juga sama dengan di Eropa dan Amerika, yoga dikreasikan macam-macam, sesuai selera dan kreatifitas orang diluar India. Faktanya yoga adalah yoga. Mitosnya, yoga dianggap agama baru, aliran sesat, menyembah berhala, magic, mistis, klenik. Ia tak bisa melayang sambil meditasi. Yoga, hanya berbeda dengan olah raga lainnya. Cobalah dan rasakan bedanya. 2. Yoga yang asalnya adalah praktek ritual spiritual personal, telah menjadi olah raga "netral" fisik, jiwa dan pikiran. Pertama, meski ada meditasinya, ia tetap bukan agama baru.  Jika dianggap sebagai alternatif kebuntuan, silahkan.  Yoga tak menjamin Anda masuk sorga. Karena bukan agama baru, jadi tak perlu alergi, menganggap yoga macam-macam, sebagai aliran sesat atau new-age movement. Jika sebagian orang menganggap yoga sebagai ibadah, terserah masing-masing. Hari ini, yoga sudah menjadi "gaya hidup" olah raga untuk ketenangan jiwa dan kesegaran tubuh. Kedua, banyak yang melakukan yoga sebagai "akrobat jungkir balik kepala dibawah atau kaki dilipat ke belakang kepala," tetap saja didahului dan diakhiri oleh relaksasi samadhi [meditasi mendalam].  Tetap pandangan Anda harus jernih, yoga bukan akrobatik seperti itu. Ketiga, yoga bukan untuk kalangan tertentu seperti selebriti, terbuka untuk siapa saja dengan agama apa saja, guru, ibu rumah tangga, siswa/mahasiswa, kakek/nenek, pengusaha, dokter/bidan/perawat, politikus, pemuka agama, bintang film, dst  Terbuka untuk Anda. 3. Yoga adalah netral. Itulah uniknya yoga, bertujuan menyatukan body, mind dan soul. Ia adalah work-out antara gerakan relaksasi, pernafasan yang teratur dan meditasi ketenangan personal. Jika ada orang yang berbicara tentang yoga, tolong diingatkan di dalamnya sudah termasuk meditasi, satu paket.  Banyak orang lari ke yoga untuk solusi hidup menemukan ketenangan dan kedamaian hidup, yang tak ditemukan di olah raga lainnya.  Maka tak usah paranoid, jika Anda menemukan berbagai aliran/style/faham dalam yoga, tujuannya tetap satu. 4. Yoga menahan satu gerakan/pose/asana dalam beberapa detik/menit, sedangkan fitness mengulang satu pose berkali-kali. Yoga membentuk habit otot dalam, fitness habit otot luar. Otot yoga akan terbentuk lebih lama dan bertahan lebih lama. Secara fisik mendisiplinkan "otot dalam" lewat banyak stretching dan twisting, sehingga pasti terasa sakit. Lewat jam terbang, rasa sakitnya akan menurun seiring dengan meningkatnya skill. Yoga membuat otot Anda lebih fleksible/lentur, tidak kaku, sehingga mengurangi rasa sakit. 5. Yoga adalah kegiatan mandiri, sendiri, personal.  Dalam jangka panjang, praktisi  yoga [yogi dan yogini] bisa berlatih sendiri di rumah, tak butuh kelas yoga.  Kita tak membutuhkan bimbingan guru/ instruktur yoga, kecuali di awalnya saja.  Manfaat fisik : flexibility [kelenturan], balance [keseimbangan], dan power [kekuatan dan daya tahan]. Secara mental, open-mind, positive attitude dan passion,  Secara spiritual: higher purpose, higher peace of mind dan letting go. Maka jika ada yang menghubungkan yoga dengan stress- release, relevan bukan? 6. Yoga bukan obat, bukan terapi dan bukan penurun berat badan, apalagi penyembuh kanker, DBD, typhus, flu burung, jantung, MERS dan back-pain. Jika merasa cocok dan berguna, lanjutkan latihan, siapa tahu kita dapat bonus dari salah satu diatas. Meski pada umumnya, praktisi yoga bertubuh sehat, padat, tegap dan langsing, karena performa paru, jantung, pembuluh darah, hati dan ginjal diperbaiki secara rutin. Namun ada yang tidak seperti itu. Jika Anda sakit lebih baik ke dokter dan laboratorium saja.  Jangan jadikan yoga sebagai alternatif medikasi. 7.  Yoga belum dikenal, belum banyak yang tahu dan masih sedikit yang sudah pernah berlatih.  Peminat yoga umumnya masih didominasi wanita, usia 20-50 tahun. Meski yoga untuk segala sex dan usia. Informasi tentang yoga sudah banyak di internet, buku-buku dan video. Pelajarilah. 8. Yoga, seperti olah raga lainnya, bisa dikomersialkan dan dijual dengan harga yang tinggi. Itulah sebabnya ada "kelas-kelas yoga" ramai-ramai dan berbayar, meski asalnya adalah kegiatan mandiri sendiri.  Tetapi yoga tak bisa dikompetisikan, itu bedanya.  Sehingga kebanyakan yoga hanya seperti olah raga biasa, sehingga membosankan, karena memang gerakannya serba melambat. Untuk mengatasinya, praktisi yoga cenderung pindah-pindah tempat latihan dan penjaja yoga kemudian membuat power atau flow yoga [lebih energetik karena gerakan lebih dinamis, lebih cepat dan  menguras keringat dan tenaga]. 9.  Yoga [dan meditasi], bisa dilakukan kapan saja, pagi subuh, siang, sore atau malam hari. Yoga bisa dilakukan dimana saja, di teras, di ruang keluarga, di halaman rumah,  di kamar tidur, di kamar mandi, di taman, dipinggir kolam renang, sambil berjalan, sambil duduk atau sambil bekerja. Dalam latihan yoga, pada umumnya tak pakai alas kaki, memakai baju longgar dan matras/mat yoga. Beberapa pria, tak pakai kaos, telanjang dada.  Anda bisa pakai celana pendek dan kaos rumahan saja. Di setting lainnya, yoga bisa dengan pakaian apa saja, bergantung skill dan tingkat penguasaan seseorang. 10. Yoga itu mandiri, sendiri, bukan ramai-ramai.  Pelaku yoga tingkat tinggi, melakukan yoga sebagai kegiatan harian.  Yoga sudah menyatu [entirely connected] dengan dirinya. Mereka tak ditemukan di kelas yoga.  Karena kematangan, kebijaksanaan dan kedewasaannya, mereka tak menerima bayaran, tak ada sumbangan, benar-benar gratis nol rupiah. Mereka sangat menjaga yama dan niyama, perilaku dan perkataan, non-drinker, non-smoker dan vegetarian.  Bagaimana bisa begitu? Tak ada yang memaksa, tak ada acara sungkan atau malu.  Secara alami, itulah kelebihan yoga.  Latihan rutin yoga secara alami, membentuk karakter unggul personal.  No pain -no gain, perubahan tidak otomatis dan tidak gratis, memerlukan proses, waktu dan membayar harga.  Namun, bukan agama, hanya cara hidup yang lebih baik dari kebiasaan pada umumnya.  Kelompok yoga tingkat tinggi ini jumlahnya sangat sedikit, dibawah 10%.  Cobalah dan rasakanlah bedanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun