Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menunda Pengumuman Capres Supaya Ganjar Tidak Dibajak Partai Lain?

15 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 15 Januari 2023   17:03 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo memberikan penghormatan pada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri pada Rakernas II (23/06/2022). (KOMPAS/ Hendra A Setyawan).

Pada tanggal 10 Januari 2023 bertepatan dengan peringatan ulang tahun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ke-50, partai berlogo banteng tersebut lantas mengadakan acara peringatan di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Dalam acara itu dihadiri oleh banyak kader partai PDIP dari berbagai daerah, lalu ada juga kader PDIP yang sekarang menduduki kursi penting di pemerintahan pusat maupun daerah seperti Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Ketua DPR, Puan Maharani, dan para menteri dan kepala daerah dari PDIP. Tak hanya itu pada acara HUT PDIP tahun ini turut datang cucu-cucu dari Ketua Umum PDIP Megawati sekaligus anak-anak dari Puan Maharani yang diperkenalkan ketika Ketum Megawati membacakan pidotanya.

Namun dari keramaian dan meriahnya acara tersebut, kebanyakan masyarakat luas lebih menunggu suatu hal yang konon dari omongan beberapa orang akan dilakukan pada HUT PDIP kali ini yaitu penentuan Calon Presiden dari PDIP untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hal menjadi besar mengingat tidak seperti partai lain PDIP tidak harus melakukan koalisi dengan partai lain untuk mencalonkan kandidat Capres-Cawapres mereka, karena sudah memenuhi ambang batas pencalonan presiden (Presidential Threshold) sebanyak 20% kursi di DPR RI.

Dengan begitu berbeda dengan deklarasi partai Nasional Demokrat (NasDem) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang mendeklarsi jagoan mereka yaitu Anies Baswedan dan Prabowo Subianto, tetapi pencalonan mereka berdua belum pasti karna dua partai pengusung mereka harus berkoalisi dengan partai lain. Sehingga jika PDIP mengumumkan Capres mereka sekarang, maka bisa dibilang calon tersebut sudah dipastikan akan berkontestasi pada Pilpres tahun depan.

Akan tetapi hal itu urung terjadi karena Ketum Megawati selaku pemegang hak prerogatif dalam partai untuk menentukan Capres yang akan diusung oleh partai tersebut. Dalam pidatonya pada HUT partai, Megawati mengatakan tidak akan terburu-buru mengumumkan nama calon presiden meski ditepuk tangani oleh para kader yang datang.

Potensi yang akan diusung

Melihat perkembangan sejak tahun lalu calon-calon potensial yang akan diusung oleh PDIP mengerucut pada dua sosok yaitu Puan Maharani yang didukung oleh banyak elit PDIP, dan Ganjar Pranowo yang banyak didukung oleh bekas relawan pemenangan Jokowi. Namun beberapa minggu terakhir tersiar kabar kemungkinan Ketum Megawati sendiri yang masih memiliki potensi untuk mencalonkan diri yang membuat masyarakat semakin bertanya-tanya siapakah sosok yang akan dipilih Megawati nanti, meski Presiden Jokowi dalam pidatonya di HUT ke-50 PDIP menyebutkan nama capres yang akan diusung sudah "dikantong" ibu Mega dan tinggal diumumkan saja.

Dalam pidatonya sendiri Megawati sempat merangkan mengenai tokoh-tokoh pemimpin perempuan di dunia sepanjang sejarah, sehingga spekulasi kebanyakan orang memprediksi Puan Maharani yang akan dijadikan Capres oleh Megawati. Tidak hanya sampai disitu Megawati juga mengatakan kriteria pemimpin di masa depan menurutnya ialah diri dia sendiri.

Jika hanya melihat dari pidato tersebut kans untuk Ganjar menjadi Capres dari PDIP sangatlah kecil karena dalam pidatonya sendiri Megawati tidak menyebut nama Ganjar sama sekali dari sekian contoh kader PDIP yang ia sebut. Dilain kemungkinan Puan bahkan Megawati sendiri menjadi Capres lebih terbuka lebar karena sebagian besar pidatonya Megawati banyak memuji dirinya sendiri dan peran pemimpin perempuan.

Kemungkinan mengumumkan Capres

Jika melihat sejak pemiihan langsung dilaksanakan di Indonesia PDIP memang selalu mengumumkan nama capres mereka menjelang akhir-akhir mendekati waktu pendaftaran yang ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara Pemilu. Berbeda dengan partai NasDem yang sejak mengikuti pemilu pada 2014 selalu mengumumkan bakal calon jauh-jauh hari bahkan satu tahun sebelum waktu pendaftaran.

Jadi memang asumsi sebagian orang bahwa Ketum Megawati akan mengumumkan capres dari PDIP pada HUT PDIP lalu atau sekitar 10 bulan sebelum waktu pendaftaran memang merupakan hal yang tidak mungkin untuk terjadi.

Jika merujuk kembali dalam pidatonya Megawati mengingatkan para kadernya pada bulan Juni merupakan bulan Bung Karno karena pada bulan itu merupakan bulan kelahiran dan meninggalkan tokoh proklamator tersebut, dan Megawati menginginkan para kader PDIP untuk konsolidasi pada 1 Juni di Gelora Bung Karno. Sehingga mungkin saja waktu pengumuman capres dari PDIP tidak akan jauh-jauh dari bulan-bulan tersebut atau sekitar bulan Juni-Juli.

Sebagai upaya Ganjar tidak diambil Partai lain

Perebutan pengaruh antara pendukung Puan dan pendukung Ganjar di internal PDIP sudah menjadi rahasia umum di masyarakat Indonesia. Namun perselisihan diantara kedua kubu tersebut selalu mendapat respon negatif dari petinggi PDIP dengan memberikan sanksi internal kepada kubu-kubu yang berseteru seperti kasus Dewan Kolonel dan pernyataan Ganjar siap nyapres.

Megawati sendiri sebenarnya bisa saja menyelesaikan perselisihan tersebut dengan mengumumkan nama capres yang akan diusung oleh partai. Tetapi memang dalam tradisi di PDIP tidak pernah mengumumkan nama capres jauh-jauh hari. Namun seperti  dijelaskan diatas berdasarkan pidato Ketum Megawati kemungkinan calon yang akan diusung ialah Puan Maharani.

Hal itu tentu saja jika benar terjadi akan membuat para pendukung Ganjar menjadi kecewa dan bukan tidak mungkin akan ada beberapa pihak yang mendorong Ganjar untuk pindah dari PDIP dan bergabung dengan koalisi partai lain seperi Koalisis Indonesia Bersatu (KIB) yang sebagian pengamat koalisi antara partai Golkar, PAN, dan PPP tersebut merupakan "sekoci" untuk Ganjar. Jadi bukan tidak mungkin selain kebiasaan PDIP mengumumkan nama calon jauh-jauh hari, alasan penundaan nama capres PDIP juga sebagai upaya Ganjar tidak diambil oleh partai lain, karena tentu saja koalisi partai lain pasti tidak mungkin hanya menunggu kepastian dari partai lain untuk pencapres pasti mereka membuat rencana cadangan semisal rencana pertama mereka gagal.

Bagi PDIP kemungkinan pindahnya Ganjar dari PDIP bisa saja menjadi permasalahan baru bagi PDIP ditinggal oleh para pemilihnya, bukan hanya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) tetapi juga pada pemilihan Legislatif (Pileg) karena jika Ganjar pindah ke partai lain dan berhasil menjadi Capres tentu akan ada efek ekor jas (coattail effect) bagi partai-partai pengusung Ganjar di Pileg meski tidak akan terlalu signifikan. Seperti pada saat pencapres Joko Widodo pada tahun 2014 dimana suara PDIP pada Pileg hanya meningkat sekitar 1-2% pada saat itu. Tetapi beda persoalan jika KIB yang mengusung Ganjar nantinya, karena melihat elektabilas 2 dari 3 partai di KIB (PAN & PPP) berpotensi tidak bisa memenuhi ambang batas parlemen (Parliementary Threshold) sebesar 4%, tentu jika berhasil meningkatkan suara 1-2% akan sangat penting bagi PAN dan PPP untuk berusaha tidak didepak dari Senayan.

Jadi tentu saja penundaaan Capres PDIP ditengah perselisihan yag terjadi di internal partai merupakan sebuah langkah dari Ketum Megawati untuk memuluskan rencana pada Pilpres, Pileg, dan regenarasi pimpinan PDIP mendatang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun