"Sekali selingkuh tetap selingkuh?" Mungkin kita terlalu cepat menutup pintu, bahkan sebelum mencoba memperbaiki kuncinya.
Luka Tak Terlihat, Tapi Terasa Nyata
Apa yang lebih menyakitkan dari ditinggalkan? Mungkin dikhianati oleh orang yang katanya mencintai kita. Selingkuh adalah salah satu bentuk pengkhianatan yang paling emosional, karena ia menyentuh inti kepercayaan. Tapi... apakah perilaku ini benar-benar tak bisa diobati? Ataukah kita hanya malas mencari obatnya?
1. Mengapa Orang Selingkuh? Mari Kita Lihat dari Dalam
Selingkuh bukan hanya soal "kesempatan dan godaan". Menurut Dr. Shirley Glass, psikolog klinis asal AS, banyak perselingkuhan terjadi bukan karena hubungan seksual, tetapi karena koneksi emosional yang bocor. Di Indonesia, Lembaga Survei Indonesia (2021) menyebutkan bahwa lebih dari 63% pasangan yang berselingkuh merasa "tidak dipahami" oleh pasangannya.
Pertanyaannya: kalau akar masalahnya bukan seks, melainkan kebutuhan emosional yang terabaikan, bukankah itu bisa dibicarakan dan ditangani?
2. Antara Penyakit dan Pilihan
Mari bicara blak-blakan: Apakah selingkuh bisa dikategorikan sebagai "penyakit psikologis"?
Menurut Psikolog Klinis Tara de Thouars, perilaku selingkuh yang berulang bisa saja menjadi bagian dari gangguan kepribadian, terutama narcissistic personality disorder atau impulse control disorder. Namun, tak semua pelaku selingkuh mengalami gangguan itu. Sebagian besar adalah orang "normal" yang terjebak dalam pilihan buruk.
Jadi, selingkuh adalah pilihan sadar --- dan segala pilihan bisa diubah, selama ada niat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!