Refleksi Kecil tentang Konsistensi, Ambisi, dan Harga Sebuah Pencapaian
Masuk ke dalam 10 besar---baik di sekolah, di kantor, dalam perlombaan, atau bahkan dalam hidup sosial---adalah prestasi. Di dunia yang makin kompetitif ini, siapa yang tak bangga disebut sebagai bagian dari "yang terbaik"?
Tapi pertanyaannya kemudian menggantung:
Lalu apa?
Apakah kita sudah cukup puas dengan pencapaian itu? Apakah menjadi bagian dari kelompok elite itu cukup untuk membuat kita merasa "selesai"? Ataukah justru di sanalah babak baru dimulai---yang lebih senyap, lebih sunyi, dan lebih berat karena tak lagi ramai dengan tepuk tangan?
Masuk Itu Sulit, Tapi Bertahan Jauh Lebih Rumit
Sering kita dengar, "masuk itu sulit." Tapi setelah beberapa kali melihat banyak orang naik daun lalu menghilang, kita belajar satu hal: bertahan itu jauh lebih sulit. Karena masuk 10 besar adalah urusan satu momentum; sedangkan bertahan, itu soal konsistensi.
Bukan hanya tentang kerja keras, tapi kerja cerdas. Bukan sekadar tentang talenta, tapi juga tentang kemampuan beradaptasi dan tahan banting.
Pernahkah kita melihat seseorang yang tiba-tiba naik ke puncak peringkat, tapi tak lama kemudian menghilang dari radar? Mengapa itu terjadi? Apakah karena dia tak cukup hebat? Atau karena kita terlalu sibuk merayakan kemenangan awal, dan lupa mempersiapkan daya tahan jangka panjang?
Puncak Itu Tidak Datar