"Kenapa suasana wawancara kadang lebih tegang dari sidang perceraian? Apakah rekrutmen harus selalu terasa seperti interogasi?"
--- Penulis Penuh Tanya
Dalam ruang seleksi kerja, sering kali wawancara lebih terasa seperti ruang interogasi. HRD duduk seperti hakim; kandidat duduk seperti tersangka. Salah jawab dikit, langsung gugur. Kurang percaya diri, dinilai nggak kompeten. Bahkan ada yang ditolak karena "aura-nya belum cocok". Serius, sejak kapan HRD pakai ilmu indigo?
Padahal ini bukan pengadilan. Ini seharusnya proses temu bakat, bukan uji nyali.
Siapa Tuan Rumah, Siapa Tamu?
Dalam kultur timur, siapa yang mengundang, maka dia yang menjamu. Maka dalam proses rekrutmen, HRD sejatinya adalah tuan rumah. Kandidat adalah tamu. Tapi sering kali suasananya terasa sebaliknya: penuh tekanan, tanpa sambutan, minim senyum.
HRD idaman tahu pentingnya menyambut dengan ramah, menjelaskan posisi dengan jernih, serta menciptakan ruang nyaman untuk berdialog dua arah.
Sebaliknya, kandidat pun mesti datang dengan etika, kesiapan, dan apresiasi terhadap waktu yang diberikan.
Rekrutmen = Jalan Dua Arah
Rekrutmen bukan uji kelayakan sepihak. Kandidat juga sedang menilai. Apakah perusahaan ini sehat? Budayanya cocok? Sistem kerjanya manusiawi?