Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berjalan Lambat Tak Masalah, Asal Tak Diam di Tempat: Makna Progres Sejati dalam Hidup

9 Juli 2025   07:10 Diperbarui: 9 Juli 2025   07:07 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langkah kecil hari ini lebih baik daripada diam selamanya/Ilustrasi: Gambar ini dihasilkan dengan bantuan AI 

Oleh: Harmoko | Rabu, 9 Juli 2025

"Jangan takut berjalan lambat, takutlah jika hanya diam di tempat."---pepatah Tiongkok ini bukan hanya ungkapan indah, tapi sebuah peringatan halus tentang pentingnya gerak, seberapa kecil pun langkah itu. 

Dalam dunia yang terobsesi dengan kecepatan, keberhasilan instan, dan hasil yang bisa dipamerkan di media sosial, nasihat ini terasa seperti oase yang menyegarkan. 

Ia mengajak kita merenung: apakah benar ukuran kemajuan hanya bisa dilihat dari kecepatan?

Hari ini, kita hidup di era serba cepat---pesan dibalas dalam hitungan detik, makanan diantar dalam 30 menit, dan hidup orang lain terlihat begitu "cepat sukses" dalam satu unggahan Instagram. 

Kita mudah merasa tertinggal. Ketika orang lain sudah membeli rumah, ganti mobil, atau lulus S2, kita masih saja sibuk menyicil harapan. 

Ketika mereka sudah membuka bisnis cabang kedua, kita masih belajar memahami laporan keuangan bulan pertama. 

Lalu, datanglah rasa rendah diri. Kita mulai mempertanyakan: "Apakah aku terlalu lambat? Apakah aku salah jalan?"

Tapi, pepatah tadi menyadarkan kita: berjalan lambat bukanlah dosa. Justru diam di tempat, itulah yang seharusnya dikhawatirkan.

Setiap orang memiliki garis start dan lintasan yang berbeda. Ada yang lahir dari keluarga berada, dengan akses pendidikan dan modal yang cukup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun