Pemerintah, produsen, dan media perlu menjelaskan dengan bahasa sederhana, bukan hanya kepada "kelas menengah melek teknologi", tapi juga ke masyarakat umum.
Listriknya dari Mana Dulu?
Ada satu paradoks yang juga perlu dicermati: mobil listrik memang tidak mengeluarkan asap, tapi listrik yang dipakai untuk mengisi dayanya... masih dominan berasal dari pembangkit batu bara.
Jadi, kalau mobil listrik kita isi dayanya pakai listrik "hitam", ya polusinya hanya berpindah lokasi: dari knalpot ke cerobong PLTU. Apakah ini solusi atau sekadar kamuflase?
Mobil listrik baru benar-benar ramah lingkungan jika didukung transisi energi bersih secara menyeluruh. Bukan hanya ganti mobil, tapi juga ganti sumber energinya.
Mobil listrik memang bagian penting dari masa depan transportasi. Tapi seperti obat, tidak bisa satu resep untuk semua pasien.Â
Kita perlu pendekatan yang disesuaikan dengan konteks sosial, ekonomi, dan geografis masyarakat Indonesia.
Pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur, memperluas edukasi, serta menghadirkan opsi kendaraan listrik yang lebih terjangkau dan realistis bagi semua kalangan.Â
Produsen jangan hanya berlomba menciptakan mobil canggih, tapi juga yang praktis, hemat, dan bisa diandalkan di segala cuaca dan jalanan.
Dan bagi kita sebagai konsumen, tidak perlu merasa malu kalau belum bisa beralih. Pilih kendaraan bukan soal gengsi, tapi soal fungsi.Â
Kalau sekarang masih pakai motor bensin, ya tidak apa-apa---yang penting tetap hati-hati di jalan dan ramah di parkiran.