Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Biar HRD Nggak Skip Lamaranmu: Tips Jadi Kandidat yang Dicari

19 Juni 2025   20:17 Diperbarui: 19 Juni 2025   20:17 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

"Ceritakan tentang diri Anda."

Kalimat pembuka yang terdengar sederhana --- tapi bisa bikin jantung berdebar lebih kencang dari notifikasi WA dari mantan.

Interview kerja memang bukan ruang pengadilan. Tapi saat kamu duduk di depan HRD, mendadak semua kata hilang, dan yang tersisa hanya suara deg-degan yang makin kencang. Padahal, jadi kandidat idaman HRD itu sebenarnya tidak harus jadi sempurna. Cukup jadi versi terbaik dari dirimu yang asli --- dan tahu cara menampilkannya.

Yuk, kita bahas hal-hal yang bikin HRD jatuh hati (secara profesional tentunya).

1. CV Itu Bukan Cerita Bersambung

HRD membaca puluhan, bahkan ratusan CV tiap minggu. Kalau kamu mengirim CV sepanjang skripsi, jangan heran kalau nggak sempat dibaca.

Solusi:

Gunakan layout yang clean dan mudah dibaca.

Tampilkan poin yang konkret, misalnya:

"Meningkatkan engagement TikTok perusahaan dari 2% ke 7% dalam 1 bulan"

jauh lebih powerful daripada

"Mengelola media sosial."

Jangan lupa: custom CV sesuai posisi yang dilamar. HRD bisa langsung tahu mana yang kirim massal, mana yang niat.

2. Hafal Diri, Bukan Script Interview

HRD sudah terlalu sering mendengar jawaban template:

"Saya orang yang disiplin, pekerja keras, dan suka tantangan."

(kalau semua begitu, kenapa perusahaan masih cari orang ya?)

Tips:

Refleksi diri sebelum interview. Apa kekuatan unikmu? Kelemahan yang sedang kamu perbaiki?

Jawab dengan jujur, tapi tetap strategis. Misalnya:

"Saya dulu perfeksionis dan suka kerja sendiri. Tapi saat ikut proyek kolaboratif, saya belajar mendelegasikan dan ternyata hasilnya lebih maksimal."

Tampilkan versi otentikmu, bukan versi 'template Google'.

3. Skill Bukan Hanya Sekadar Sertifikat

Di era kursus online, siapa pun bisa punya sertifikat. Tapi HRD ingin lihat: bisa praktik nggak?

Tunjukkan skill lewat:

Cerita pengalaman konkret, misal:

"Saya pernah memimpin tim lima orang untuk menyusun kampanye digital dan hasilnya meningkatkan konversi sebesar 20%."

Portofolio, demo, atau hasil kerja nyata.

Kalau bilang jago Excel, ya tunjukkan dashboard. Jangan cuma kasih file kosong berjudul "laporan.xlsx".

4. Attitude: Aset yang Selalu Dicari

Skill bisa diajarkan. Tapi attitude yang buruk? Bisa bikin satu divisi burnout.

Yang dicari HRD:

Kandidat yang mau belajar, bukan yang sok tahu.

Orang yang tahu cara berkomunikasi dan bekerja sama.

Sopan dari awal: dari email lamaran, cara menyapa di Zoom, sampai follow-up setelah interview.

Kadang yang paling membekas bukan jawabanmu, tapi caramu bersikap.

5. Bangun Personal Branding Sejak Sekarang

HRD zaman sekarang juga punya hobi: nge-stalk.

Yang dilihat:

LinkedIn kamu: aktif nggak? Ada insight atau cuma repost job fair?

Jejak digital: postingan yang positif atau... curhat toxic tentang bos lama?

Kalau kamu punya blog, portofolio online, atau konten edukatif? Itu nilai plus-plus.

Kabar baiknya, kamu bisa kendalikan narasi tentang dirimu.

Mulai dari bio LinkedIn yang menggambarkan keahlian, hingga thread Twitter soal pengalaman magang.

6. Jadi Diri Sendiri, Versi Upgrade

Ingat: HRD bukan cari karakter video game dengan stats sempurna. Mereka cari orang nyata, yang bisa berkembang dan tumbuh bersama tim.

Jadi, bukan berarti kamu harus sok-sokan jadi "kandidat ideal" yang palsu.

Tapi jadilah diri sendiri --- versi yang paling siap untuk bekerja, belajar, dan berkontribusi.

Penutup: HRD Juga Pernah di Posisi Kamu

Satu hal yang sering dilupakan: HRD juga manusia.

Mereka juga pernah deg-degan interview, pernah nunggu panggilan kerja, bahkan pernah salah jawab pertanyaan. Jadi jangan merasa kecil atau inferior.

Kuncinya:

Kenali dirimu

Persiapkan dirimu

Tampilkan dirimu

Dan jangan lupa: proses mencari kerja itu bukan soal siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling tepat.

Bagikan Pengalamanmu!

Punya pengalaman interview yang sukses, awkward, atau malah absurd?

Tulis di kolom komentar, yuk!

Siapa tahu kisahmu bisa jadi pelajaran (atau hiburan) buat pencari kerja lainnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun