Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibadah Haji 2025: Perubahan dan Makna Sosial di Baliknya

18 Juni 2025   10:37 Diperbarui: 18 Juni 2025   10:37 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

Dari sisi sosial, ini membawa dampak positif. Jemaah bisa saling belajar dari pengalaman orang lain, memahami perbedaan budaya, bahkan menjalin solidaritas lintas negara. Misalnya, kisah jemaah dari Afrika yang menempuh perjalanan berat, atau jemaah lansia dari pedalaman Indonesia yang akhirnya bisa berangkat setelah 30 tahun menabung---cerita-cerita ini memperkuat empati dan menyadarkan kita bahwa haji adalah perjuangan umat, bukan sekadar ibadah individu.

Makna Sosial di Balik Perubahan

Perubahan dalam ibadah haji 2025 mengajarkan kita bahwa nilai-nilai sosial seperti gotong royong, kepedulian, kesabaran, dan saling menghormati tetap relevan meski dikemas dalam bentuk yang berbeda. Kita mungkin tidak lagi duduk berdesakan di tenda Mina seperti dulu, tapi apakah kita masih bersedia berbagi makanan dengan jemaah lain? Kita mungkin harus mengikuti jadwal digital saat lempar jumrah, tapi apakah kita masih bisa membantu jemaah yang tersesat atau kelelahan?

Makna sosial haji bukan terletak pada bentuk, tetapi pada sikap. Dan justru dalam keteraturan sistem dan kecanggihan teknologi itulah, kita diuji: apakah masih ada ruang untuk kepedulian spontan? Apakah kita tetap bisa rendah hati, meski teknologi memudahkan segalanya?

Penutup: Menjaga Ruh Sosial di Tanah Suci

Ibadah haji 2025, dengan segala "sedikit berbeda"-nya, adalah cermin dari zaman. Ia mengingatkan kita bahwa perubahan adalah keniscayaan, tetapi nilai tidak boleh lekang. Di tengah antrean elektronik dan zona steril, kita tetap bisa menyapa jemaah dari negara lain. Di tengah jadwal digital, kita tetap bisa membantu sesama tanpa diminta. Dan di tengah keramaian yang diatur sedemikian rupa, kita tetap bisa merasakan bahwa kita adalah bagian dari ummatun wahidah---umat yang satu.

Haji bukan hanya tentang menunaikan rukun Islam kelima. Ia juga tentang bagaimana kita membentuk masyarakat yang lebih inklusif, empatik, dan sadar bahwa spiritualitas sejati selalu punya dampak sosial. Maka, mari kita maknai ibadah haji bukan hanya sebagai perjalanan menuju Ka'bah, tapi juga perjalanan memperbaiki diri dan memperkuat ikatan sosial antarsesama manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun