Saya dibesarkan oleh dua figur ayah. Yang satu berpendidikan tinggi, bergelar PhD, dan bekerja keras seumur hidupnya sebagai pegawai negeri. Yang satu lagi, tidak pernah menyelesaikan kuliah, namun akhirnya menjadi salah satu orang terkaya di Hawaii.
Dari dua sosok ini, saya belajar bahwa sekolah tidak selalu mengajarkan cara menjadi kaya. Sekolah mengajarkan bagaimana menjadi karyawan yang baik. Tapi tidak mengajarkan cara agar uang bekerja untuk kita.
Ayah saya yang miskin---ayah kandung saya---percaya pada jalur aman: sekolah tinggi, cari kerja tetap, pensiun tenang.
Ayah saya yang kaya---ayah sahabat saya---mengajarkan hal berbeda: bangun aset, jangan kejar gaji. Fokus pada arus kas, bukan gelar.
---
Dua Suara yang Bertolak Belakang
> Ayah miskin berkata: "Belajarlah yang rajin agar bisa bekerja di perusahaan yang bagus."
Ayah kaya berkata: "Belajarlah yang rajin agar kamu bisa membeli perusahaan."
> Ayah miskin percaya bahwa "rumah adalah aset."
Ayah kaya berkata: "Rumah itu liabilitas---kalau itu menyedot uangmu, bukan menghasilkan."
> Ayah miskin menghindari risiko.