Hari-hari setelah puncak ibadah haji adalah masa haru, penantian, dan persiapan kembali pulang. Setelah menjalani rangkaian ibadah yang menguras fisik, mental, sekaligus memperkaya batin, kini jemaah haji Indonesia mulai dipulangkan ke Tanah Air secara bertahap.
Saya mengikuti kabar dari berbagai kanal resmi dan laporan lapangan: jemaah gelombang pertama telah mulai meninggalkan Makkah menuju Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah.Â
Mereka kemudian langsung diterbangkan ke Indonesia melalui embarkasi masing-masing. Ada haru biru di setiap keberangkatan.Â
Ada pelukan petugas, doa yang lirih, dan wajah-wajah letih tapi berseri-seri---karena mereka telah menyelesaikan satu dari lima rukun Islam.
Sementara itu, jemaah gelombang kedua belum langsung pulang.Â
Mereka dijadwalkan bergerak menuju Madinah, untuk menunaikan ibadah arbain---salat berjamaah selama 40 waktu di Masjid Nabawi.Â
Ini adalah fase yang juga penuh makna spiritual, karena Madinah menyimpan ketenangan yang berbeda dari hiruk-pikuk Makkah.
Dalam proses pemulangan ini, pemerintah---melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)---memberlakukan sistem kloter (kelompok terbang), yang memudahkan pengaturan logistik dan pelayanan.Â
Tak hanya transportasi, layanan kesehatan dan pendampingan khusus bagi jemaah lansia dan berkebutuhan khusus juga menjadi prioritas.
Yang menarik, tahun ini kembali diimbau agar keluarga tidak menjemput jemaah langsung di bandara.Â