Pemerintah kembali meluncurkan paket stimulus ekonomi sebagai respons terhadap pelemahan konsumsi masyarakat dan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.Â
Berbagai insentif, seperti subsidi upah, diskon transportasi publik, dan bantuan sosial, dirancang untuk menjaga daya beli serta mendorong perputaran uang di sektor riil.Â
Langkah ini memang tepat sebagai upaya jangka pendek.Â
Namun, efektivitas stimulus konsumtif sangat bergantung pada kemampuan negara dalam mengiringinya dengan strategi jangka panjang yang lebih produktif dan struktural.
Pengalaman krisis sebelumnya menunjukkan bahwa kebijakan stimulus konsumtif cenderung bersifat sementara.Â
Ia mampu mengangkat konsumsi rumah tangga dalam waktu singkat, tetapi tidak cukup membangun kapasitas ekonomi nasional secara berkelanjutan.Â
Ketika stimulus dihentikan, konsumsi kembali melemah jika fondasi produksi tidak menguat.Â
Oleh karena itu, stimulus semestinya menjadi pintu masuk menuju transformasi ekonomi yang lebih mendasar.
Pertama, perlu ada perhatian serius terhadap peningkatan kapasitas produksi dalam negeri.Â
Stimulus fiskal harus mulai diarahkan ke sektor-sektor produktif yang memiliki efek berganda tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja dan substitusi impor.Â