Kebebasan bukan sekadar kemampuan memilih, melainkan panggilan untuk bertindak menurut prinsip. Maka, tidak ada moralitas tanpa kebebasan. Dan jika kita bebas, kita tidak bisa lagi menyalahkan "bisikan setan" atas pilihan jahat yang kita ambil.
Ilustrasi yang menyertai kutipan tersebut sangat kuat secara visual: bayangan tangan membentuk kepala setan. Simbol ini bukan hanya estetis, melainkan filosofis. Ia menyiratkan bahwa "setan" bukanlah entitas eksternal yang menyerbu jiwa manusia, melainkan konstruksi dari dalam---produk dari niat, hasrat, dan penolakan untuk bertanggung jawab.
Pemikiran ini selaras dengan teori Carl Jung tentang the shadow. Jung percaya bahwa setiap manusia menyimpan sisi gelap dalam dirinya---dorongan, kecenderungan, dan luka yang tidak diakui. Ketika manusia gagal menyadari dan merekonsiliasi bayangan ini, ia akan memproyeksikannya ke luar, melihat setan di mana-mana, padahal yang dilihat adalah potret dirinya yang terdistorsi.
Hannah Arendt, dalam refleksi terkenalnya tentang Adolf Eichmann, memperkenalkan istilah "banality of evil"---banalitas kejahatan. Ia terkejut bahwa pelaku Holocaust bukanlah sosok setan dalam arti metafisik, tetapi birokrat biasa yang hanya "menjalankan tugas". Arendt menulis:
"The sad truth is that most evil is done by people who never make up their minds to be good or evil."
Kejahatan bukan selalu hasil niat jahat yang dalam, tetapi justru muncul dari kelengahan moral, dari manusia yang enggan berpikir dan memilih secara etis. Ini memperkuat argumen bahwa tanggung jawab moral bukanlah sesuatu yang bisa dialihkan begitu saja kepada pihak luar.
Dalam dunia modern, di mana manusia hidup dalam jaringan sistem dan struktur sosial yang kompleks, sering kali kita merasa bahwa tanggung jawab moral sudah terdistribusi, menguap ke dalam sistem. Tapi filsuf-filsuf eksistensialis mengingatkan kita untuk menolak keasyikan dalam pelarian moral ini.
Sren Kierkegaard pernah menulis dalam Either/Or:
"The greatest hazard of all, losing one's self, can occur very quietly in the world, as if it were nothing at all."
Kehilangan diri terjadi bukan karena kita digoda setan, tetapi karena kita berhenti berpikir, berhenti memilih, dan berhenti bertanggung jawab. Dalam kehendak bebas, terkandung risiko, tetapi juga kemuliaan. Kebebasan membuat manusia bisa menjadi bajingan, tetapi juga membuatnya bisa menjadi suci. Jalan mana yang dipilih, itulah yang menentukan siapa kita.
Ilustrasi tangan yang menciptakan bayangan setan adalah peringatan: bahwa kitalah pencipta dari simbol yang kita takuti. Tapi sekaligus ia adalah harapan---karena tangan yang sama bisa menciptakan simbol lain: pelukan, doa, kerja, atau kasih.