Hari Senin itu tak seperti biasanya di pelataran Gedung Kementerian Pendidikan Tinggi Sains Teknologi (Kemdiktisaintek).Â
Puluhan dosen dari berbagai penjuru tanah air berdiri berbaris rapi, bukan di ruang kelas atau laboratorium, melainkan di jalanan ibu kota. Mereka adalah para penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Luar Negeri Pathway 2024 Tahap 2 yang seharusnya bersiap menempuh studi doktoral ke luar negeri. Namun, kenyataan berkata lain: hingga kini, belum ada kejelasan soal keberangkatan dan pencairan dana.
Unjuk rasa yang digelar ini bukan sekadar letupan emosional. Ia adalah ekspresi dari frustrasi kolektif, hasil dari berbulan-bulan komunikasi yang tidak kunjung menemukan kepastian.
Latar Belakang Aksi
Beasiswa BPI Pathway merupakan program unggulan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pendidikan tinggi. Jalur ini dikhususkan bagi dosen dan calon dosen untuk menempuh pendidikan S3 di universitas terbaik dunia. Seleksi yang ketat dan melelahkan telah mereka lalui. Namun, ketika dinyatakan lolos, yang datang bukanlah tiket keberangkatan---melainkan ketidakpastian administratif.
Banyak penerima telah mengantongi Letter of Acceptance (LoA) dari universitas tujuan, mulai dari Inggris, Belanda, Jepang, hingga Australia. Namun, tanpa pencairan dana awal dan kejelasan waktu keberangkatan, surat penerimaan itu seolah hanya menjadi simbol penghargaan yang tidak bisa ditebus.
Tuntutan yang Disuarakan
Dalam aksi damai yang berlangsung sejak pagi, para dosen membacakan pernyataan sikap yang berisi lima tuntutan utama:
1. Kepastian jadwal keberangkatan, agar bisa mengikuti perkuliahan sesuai kalender akademik.
2. Pencairan dana awal untuk pengurusan visa, pendaftaran ulang, dan biaya logistik keberangkatan.