Mohon tunggu...
Harly Yudha Priyono
Harly Yudha Priyono Mohon Tunggu... Sejarawan - Historian

Mahasiswa Magister Sejarah dan Peradaban Islam. Fokus pada bidang kajian Tasawuf Progresif, Sejarah Islam, dan Pemikiran Islam. Juga merespon hal-hal terkait Politik, Hukum, Ekonomi, dan Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pengantar Tasawuf Progresif

13 Agustus 2021   16:00 Diperbarui: 13 Agustus 2021   16:01 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tasawuf identik dengan tahannus, yakni menjauhkan diri dari hingar bingar manusia, guna merenungi keadaan diri untuk mencapai kesadaran spiritual setinggi-tingginya. Aktivitas memisahkan diri dari keramaian tersebut di isi dengan bertafakkur, memahami diri dan alam ciptaan Allah swt.. dua objek pentafakkuran tersebut merupakan ayat kauniyah Allah swt. yang diperintahkannya kepada insan yang beriman dan berakal untuk merenunginya.

Dari perenungan terhadap dua hal tersebut diharapkan manusia secara utuh menyerahkan diri  kepada Allah swt.. Sebab, Allah swt. yang mengetahui secara menyeluruh dan dalam, dzahir dan batin hambanya. Begitu juga dengan alam semesta, Allah swt. adalah pencipta dan pemilik otoritatif alam semesta beserta isisnya.

Agar perenungan dapat menghasilkan kedekatan dan kemantapan hati diperlukan satu instrument yakni tahannus.  Instrumen ini difungsikan untuk menjauhkan diri dari manusia dan membersihkan batin, yang merupakan gambaran hidup yang mula-mula dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Nabi Muhammad saw. menjauh dari keramaian Makkah dan menyendiri di Gua Hira. Di tempat tersebut, Rasulullah saw. merenungi dirinya, alam semesta, dan termasuk merenungi masyarakat Makkah yang menurutnya hilang akal hingga menyembah berhala. 

Tafakkur yang dilakukan Nabi saw. direspon oleh Allah swt. dengan menghadiahkannya wahyu melalui perantara malaikat jibril as. hingga berangsur-angsur wahyu turun kepada Nabi saw. sampai perintah berdakwah secara terang-terangan.

Namun, apa kaitan anatara tasawuf progresif dengan tahannus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.. sebelumnya, telah disebutkan bahwa tasawuf identik dengan tahannus dan tafakkur, yaitu mengasingkan diri dari manusia, kemudian merenungi diri dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah swt. 

Tahannus yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah wujud dari tasawuf. Proses menyendiri Nabi saw. di isinya menafakkuri diri (batin), dan merenungi perbuatan kaummnya.

Rangkaian aktivitas tahannus yang dilakukan Nabi saw. diganjar oleh Allah swt. berupa perintah yang diturunkan kepada Beliau saw. melalui malaikat Jibril as.. Selain karena Allah swt, telah memilih Nabi Muhammad saw.. 

Nabi saw. juga menunjukan asbab terpilihnya beliau, yakni benci dengan penyembahan terhadap berhala yang dilakukan oleh kaumnya, bahkan sebelum turun wahyu kepada Rasulullah saw., beliau sudah membenci aktivitas penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum kafir Quraish.

Setelah turun wahyu secara berangsur-angsur, mula-mula Rasulullah saw. mendakwahkan Islam kepada keluarga terdekatnya hingga terbentuk institusi Negara Islam di Madinah yang secara utuh menerapkan al-Quran sebagai perundang-undangan.. 

Rasulullah saw.  bertindak sebagai kepala negara, memberikan pelayanan spiritual dan pengelolaan institusi kenegaraan. Hal itu merupakan suatu progresifitas tahannus yang  menggerakkan kaum muslimin untuk merevolusi kepercayaan dan tatanan kehidupan sebelumnya.

Transformasi aqidah dari kufur menjadi iman dan perubahan sistem kehidupan dari jahiliyah menjadi sistem kehidupan ilahiyah, selain karena Allah swt. telah menjanjikan kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. pun mengikuti segala petunjuk yang Allah swt. telah tetapkan. 

Seorang hamba yang mengikuti jalan hidup yang telah diberikan Allah swt akan mendapatkan siklus akhir yang sama dengan siklus akhir yang dirasakan Rasulullah saw. yakni kemenangan.

Jalan untuk sampai pada kemenangan tersebut bukanlah hal yang mudah, mula-mula yang harus dilakukan adalah penyucian batin, sebab hanya hati yang bersih yang dapat menangkap pesan-pesan ilahiyah, lalu menggerakkan pesan-pesan tersebut berdasarkan batas-batas yang dicontohkan Rasulullah saw..

Keberhasilan perpindahan dari satu batas-batas menuju kebatas-batas selanjutnya merupakan progres yang datang dari konsistensi dalam mengikuti (Ittiba’) jalan hidup Rasulullah saw.. Penyucian batin, mempelajari ilmu, mengadakan perbaikan sosial, dan melawan segala bentuk ketidakadilan merupakan jalan hidup yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.. 

Empat komponen tersebut merupakan kesatuan yang progresivitasnya akan terasa apabila dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, apabila batas-batas tersebut hanya dimplementasikan secara parsial maka tidak layak disebut sebagai sebuah progresivitas nabawi.

Dimulai dari bertafakkur memahami hakikat dan merenungi diri sendiri. Mengadakan perbaikan diri yang beriringan dengan mengadakan perbaikan masyarakat, dan melawan segala ketidak adilan yang tidak mencerminkan nilai-nilai keluruhan Islam yang berpijak pada al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

Ketika pengamalan perbaikan diri, masyarakat, dan perlawanan terhadap kedzaliman berjalan sesuai pijakan,akan lahir generasi nabawi yang mampu menangkap, menampung dan mengimplentasikan nilai-nilai ilahiyah. Inilah Tasawuf Progresif yang disari dari al-Qur’an dan sikap hidup Nabi saw. [HYP]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun