Kedua, jika akan menggunakan jasa pihak ketiga, seperti manajer investasi atau perusahaan/platform investasi, pastikan pihak ketiga tersebut telah mengantongi izin dari otoritas terkait, misalnya OJK. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui website otoritas tersebut. Otoritas keuangan bersama penegak hukum juga telah membentuk Satgas Waspada Investasi untuk mencegah dan mengatasi praktek investasi ilegal.
Ketiga, kenali risk apetite Anda. Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda. Saat ini, sudah ada perusahaan jasa investasi yang meminta calon investornya untuk melakukan self assesment pengukuran risiko. Upaya itu dilakukan agar investor dapat memilih produk investasi sesuai kecenderungan menerima risiko. Misalnya, jika Anda akan berinvestasi di reksa dana, apabila risk appetite Anda tinggi maka tidak menjadi persoalan untuk membeli reksa dana saham yang nilainya paling fluktuatif.Â
Adrenalin Anda dianggap sudah siap jika mengalami kerugian yang besar dalam waktu yang singkat. Namun, jika risk appetite rendah, berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap menjadi pilihan terbaik. Keuntungan yang tidak signifikan diimbangi juga dengan risiko kerugian yang lebih minim. Prinsip high risk high return tetap berlaku untuk sebagian besar investasi.
Ketidaktepatan pemilihan produk investasi dengan risk appetite dapat menyebabkan investor mudah stress saat hasil investasi tidak sesuai harapan. Ujungnya, kapok berinvestasi sehingga uang yang dimilikinya tidak produktif.
Keempat, atur persentase penghasilan dan investasi. Banyak financial planner menggunakan teori 30% penghasilan untuk investasi. Berapapun besarnya, Anda sendiri sebenarnya yang paling tahu. Yang terpenting adalah, kembali ke masalah risiko, jika investasi merugi, hal itu tidak terlalu mengganggu keuangan Anda secara keseluruhan. Â
Kelima, sesuaikan produk investasi yang dipilih dengan usia Anda. Untuk usia muda, memilih investasi berisiko tinggi bukan menjadi persoalan besar dengan mempertimbangkan masa kerja untuk memperoleh penghasilan yang panjang, kesiapan emosional terhadap risikonya, dan tanggung jawab finansial yang belum terlalu banyak. Untuk para senior, akan lebih baik memilih produk dengan tingkat risiko yang lebih terukur. Surat berharga negara, sebagai contoh, dapat menjadi produk investasi pilihan utama.
Itulah sekelumit mengenai persiapan berinvestasi menurut pemahaman saya. Tentunya masih ada pandangan lain yang bisa jadi lebih tepat. Langkah selanjutnya adalah memilih produk investasi yang tepat sesuai kebutuhan Anda. Terakhir, investasi tidak selalu mendatangkan keuntungan atau sebaliknya. Yang terpenting adalah kita sudah melakukan perencanaan yang matang dan tingkat kehati-hatian yang memadahi.
Semoga bermanfaat.