Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menikah Karena Cinta, Cukupkah?

6 Desember 2019   10:54 Diperbarui: 6 Desember 2019   11:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikah // Sumber Gambar: Haris Fauzi Photo

Setiap orang yang memutuskan untuk menjalin tali pernikahan pasti memiliki tujuan tujuan tertentu. Bisa terbatas hanya gegara harta, strata sosial ataupun tingkat religiusitas. Akan tetapi, tidak semua orang mampu untuk merincikan alasan apa mereka melangsungkan pernikahan, kemudian memupuknya menjadi sebuah kompas dalam menjalani biduk rumah tangga. 

Apabila tujuan dan alasan mereka melangsungkan pernikahan ambigu dan tidak jelas, maka dua sejoli akan meemukan musykil untuk memastikan tetap berjalan di koridor dan bisa dirawat sepanjang kehidupan berumah tangga

.Pupus dan pudarnya sebuah tujuan pernikahan, membuka jarak semakin melebar atau bahkan tali pernikahan tersebut putus di tengah perjalanan. Jikalau suatu ikatan harus terus dilalui dengan tanpa tujuan yang konkret dan makna diri, maka seluruh kehidupan rumah tangga akan hampa bahkan depresi melanda pasangan tersebut.

Berumah tangga yang ideal tentu akan menjadi tempat perlindungan dan tumbuhnya kebaikan. Bukan malah sebaliknya menjadi tempat sarang kekerasan dan berbagai bentuk keburukan diri. Kejelasan dalam tujuan mengarungi rumah tangga menjadi keharusan kedua sejoli untuk mengambil langkah mana yang harus ditapaki. Tujuan tersebutlah yang perlu dirawat, dijaga dan dilestarikan bersama.

Manusia secara naluriah memiliki kecenderungan mencari dan menemukan  pasangan demi memperoleh ketenteraman darinya. Lelaki menikahi seorang perempuan berharap dengannya ia merasa tenteram, nyaman untuk memadu kasih cinta serta mudah mencapai kebahagiaan dalam melewati fase kehidupan yang begitu amat kompleks.

Tujuan ketenteraman bisa mencakup hal biologis, ekonomi, status sosial, keluarga, dan moral spiritual di masing-masing pihak. Empat item pertama biasanya menjadi  tujuan kebanyakan manusia, namun yang menjadi catatan bahwa tingkat kualitas dan jumlahnya naik dan turun dengan mudah. Tergantung pada usia, kesehatan diri, kesempatan, pengalaman dan terkadang nasib juga berperan.

Perputaran roda kehidupan turut berperan, di usia muda awalnya terlihat cantik dan ganteng. Seiring bertambahnya mulai ada perubahan apalagi ketika ia diterpa dengan musibah sakit atau kecelakaan. Bisa juga dewi fortuna sedang menghampiri diri, awalnya ia terlihat biasa saja, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi, ia terlihat menarik dan cakep.

Hal tersebut juga berlaku dengan kepemilikan harta materi, kedudukan sosial bisa naik dan turun. Apabila tujuan dua sejoli melangsungkan pernikahan hanya dikaitkan dengan materi dan strata sosial yang bisa timbul-tenggelam, maka ikatan nikah akan mudah goyah jika terjadi kekurangan pada item tersebut.

Sebuah ikatan yang fundamen bersifat moral spiritual dinilai urgen dalam hubungan, hal tersebut menjadi manifestasi dalam perilaku dan  budi pekerti yang santun. Ikatan penguat ini diharapkan bisa memperkuat tali pernikahan dan komitmen dalam berumah tangga agar bisa tetap kokoh sekalipun terjadi fluktuasi pada empat hal yang sering menjadi tujuan dan harapan seorang dari sebuah pernikahan, biologis, harta, keluarga dan kedudukan sosial.

Empat tujuan ini tentu saja bisa menjadi baik dan memudahkan dua sejoli tadi memperoleh ketenteraman diri dan ketenangan hidup dalam berumah tangga. Namun yang menjadi catatan apabila hal tersebut ditopang dengan komitmen moral spiritual. Hal ini menjadikan kerapuhan dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi senjata makan tuan di tengah perjalanan kehidupan berumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun