Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suap Polisi Lalu Lintas

14 Desember 2018   10:04 Diperbarui: 14 Desember 2018   10:21 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak polisi sedang menilang pengendara yang melanggar || Sumber gambar: Twitter NTMC POLRI

Malam dan lampu kota Semarang memang menyenangkan, maksud diri mau menikmati indahnya jalan kota di malam hari malah macet kian mengular panjang. Pikirku mumpung belum terjebak macet, kemudi mobil putar ke kanan dan  mau terus meluncur ke arah yang lebih lengang dan berputar balik.

Namun fokusku kini beralih. Muncul dari belakang petugas polisi mengacungkan tangan memberi isyarat agar saya menepikan mobil. Apa pelanggaran yang telah diperbuat sehingga pak polisi ini menghentikan laju mobil. 

Kenapa orang menghindari macet malah diberhentikan. "Selamat malam pak", sapa pak polisi dengan ramah. "Ya, malam", jawab saya sambil membuka kaca jendela.

Harusnya bapak tidak melanggar marka jalan, kan mobil bapak bagus, nanti kalau ketabrak bagaimana?". seru pak polisi memulai dialog. " Masak sih, kan saya cuma mau menghindari kemacetan, jalan di sebelah kanan kosong. kalau saya keluar dari antiran macet mencari jalan yang kosong, kenapa harus dianggap melanggar", jawab saya tanpa ragu.


"Oh gitu ya pak", jawabnya "Lha iya tho?, masak saya harus bermacet-macet sementara lajur sebelah saya untuk jalan lurus kan kosong, pindah lajur kan tidak melanggar. Cuma keluar dari antrian ke yang tidak antri". gitu saya tambahkan. "Ya sudah pk, ada SIM?", kata pak polisi mengalihkan pembicaraan. "Ya ada, masak nyetir mobil nggak bawa SIM", jawab saya.


"STNK nya pak", tambahnya. "Nih, STNK nya juga lengkap kok", jawab saya sambil merogoh isi dompet bukan mencari uang tapi memang harus dicari karena bercampur dengan SIM dan STNK motor, KTP dan kartu ATM. Sambil memeriksa SIM dan STNK, pak polisi mulai senyum-senyum,"Ya gini aja deh pak, apa mau dibantu?", katanya. "Maksudnya?, jawab saya pura-pura tidak paham. '''Ya ini sesama manusia aja pak, kemanusiaan lah", tambahnya mencoba menjelaskan maksudnya yang minta duit.

Jurus para polisi yang malu kucing minta duit. "Oh gitu ya, sebenarnya saya sih bukan nggak kasihan sama bapak, tetapi saya nggak berani pak". 

"Maksudnya?", pak polisi mulai bingung dan cemas, sebab biasanya kalau sudah bilang mau dibantu apa tidak, para pengemudi yang cemas ketakutan  buru-buru menyelipkan beberapa lembar puluhan ribu atau malah lima puluhan ribu.

Tapi kok kali ini mangsanya malah tidak mau atau ragu. "Gini ya pak polisi, saya ini kebetulan guru yang baru saja mengajar  tentang terlarangnya dan tidak berkahnya kita memakan uang yang haram. Lha masak sekarang saya malah memberi makan bapak dengan uang yang haram". tiba-tiba kata-kata itu meluncur dari mulut saya spontan. 

Pak polisi kelihatan kaget dan kecut juga ketika disebut uang haram. "Lagian kita ini harusnya membersihkan rizki kita dari yang tidak benar, biar hidup kita berkah", lanjut saya mulai persis seperti lagi di depan kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun