Aku hidup dan dibesarkan di suatu desa terpencil yang asri dan damai yaitu desa yang berada di wilayah Salatiga, namun aku tak merasakan kenyataan itu. Yah.. keluh kesahku karena ulah seorang pemuda yang  tak kuharapkan kehadirannya dalam hidupku.Â
Ya Tuhan, mengapa engkau beri aku  yang tidak sesuai dengan doaku. Di tiap bisunya malam aku selalu mengharap kepada-Mu untuk menghadirkan seorang sosok idaman yang kelak menjadi imamku. Aku tidak menyalahkan dia yang selalu menggangguku, hmmm.. mengapa ketika melihatnya hatiku tertutup tanpa sedikit celah baginya, walaupun aku belum mengenal dirinya secara mendalam.
Malam itu terasa hening tanpa hiasan bintang, eloknya bulan telah sirna tertutup mendung. Di malam itu aku memutuskan untuk pergi mencari kedamaian dan memutuskan untuk meninggalkan desa kelahiranku. Meskipun terasa berat meninggalkan keluargaku, tetapi  ini keputusan yang sudah bulat.Â
Karena pemuda itu sebut saja Daus yang terus saja mengusik kehidupanku, keputusanku itu sudah di- ketahui adikku. Dari arah yang tak terduga adikku menyapa ketika aku sedang mengemas barang-barang ke dalam tas.
Kak kamu yakin mau pergi ke Purwokerto?, tanya Nilna dengan nada terkejut.
Secara spontan, aku menjawabnya,Iya dik."
"Kenapa kak?" pasti karena Daus ya.. sahut Nilna.
"Hmm, iya, Kakak sudah tidak betah akan sikapnya yang kian hari sikapnya menerorku, dengan rasa kesal aku menjawabnya.
Ya sudah kalau memang itu yang terbaik untuk kakak, lakukanlah.
"Aku di sini akan menjaga adik dan ibu dengan baik", ucap Nilna dengan nada meredam keresahanku.
"Makasih dik", sahutku dengan lega.