Mohon tunggu...
Hari Dewanto
Hari Dewanto Mohon Tunggu... Administrasi - DEWA HIPNOTIS

I am a professional trainer and happiness trance-former (happiness provocation) who willing to make Indonesia happier

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kutemukan Lailatul Qadar di Way Nipah

15 Juni 2018   16:32 Diperbarui: 15 Juni 2018   16:41 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sayup namun pasti telingamu mendengar alunan merdu lantunan ayat suci Al Quran. Suaranya mirip biduanita sebuah cafe yang sering kau datangi, namun syahdunya mampu menghanyutkan melodi kalbumu yang hampir membatu.

"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah. Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). Diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy. Milik-Nya-lah apa yang ada di langit, apa yang di bumi, apa yang ada di antara keduanya[6] dan apa yang ada di bawah tanah. Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Dialah) Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik"

Entah mengapa gendang telingamu serasa digedor oleh alunan merdu tersebut. Tulang belulangmu seperti remuk dan dadamu terguncang. Tanpa terasa airmatamu mengalir deras laksana air bah Nabi Nuh yang mampu meluluhlantakkan sesiapa saja yang mengingkari kebenaran Nya.

Meski setengah menebak, lamat-lamat kau mengingat, itu adalah surat Thaha 1-8.

Kau jadi teringat guru ngajimu yang bertutur tentang kisah Umar bin Khatab

Suatu hari Umar dalam api kemarahan, ia membawa sebilah pedang untuk menumbangkan kepala Rasulullah, tetapi di persimpangan jalan ia bertemu dengan Nua'im bin Abdillah yang mengatakan, bahwa ia haruslah memenggal kepala adik perempuannya dahulu, sebelum membunuh Nabi, karena adiknya telah memeluk Islam

Merasa keluarganya telah ternoda dengan ajaran baru, Umar langsung pergi ke rumah adiknya itu dengan amarah meluap dan mendapati adiknya sedang membaca Alquran.

Bertemu dengan sang adik, Umar langsung memukulnya. Saat tetes darah mengucur deras dari kepala adiknya, ia merasa bersalah dan meminta maaf, untuk menebus kesalahan itu ia lalu meminta adiknya membacakan apa itu Alquran di hadapannya.

Begitu dibacakan awal surat Thaha tersebut, seluruh tubuhnya bergetar, tulang belulangnya seperti langsung remuk dan tak berdaya. Pedangnya pun terjatuh ke tanah. Dadanya terguncang.

Umar tahu, bahwa kata-kata itu bukanlah kata-kata biasa, keindahannya amat melampaui puisi mu'allaqat yang digantung di dinding Kabah, atau puisi muhadzabat yang ditulis dengan tinta emas di pintu gerbang kota.

Maka perangai yang menyeramkan sebelumnya tetiba saja berubah menjadi lemah lembut, ketika Umar mendengar kalam Ilahi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun