Mohon tunggu...
Hari Bagindo Pasariboe
Hari Bagindo Pasariboe Mohon Tunggu... Ilmuwan - Statistician @ Indonesian Statistics

born and raised in Jakarta, statistician at National Statistics Office, focus environmental and social resilience statistics. former teacher, marketer, facilitator

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Analisis Media (Sosial): Negara Perlu Hadir?

2 Juli 2020   10:39 Diperbarui: 2 Juli 2020   10:41 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar jeo.kompas.com

Sebagai penggiat data tentu memahami apa yang saya maksud dengan : "seburuk-buruknya data yang ada dan tersedia masih lebih baik dari tidak ada sama sekali". Minimal bagi saya pribadi, philosifi ini masih saya rujuk hingga saat.

Kenapa hal ini penting dikemukakan di awal, karena saya tidak mau berdebat pada tatanan sumber data, metodologi pengumpulan data yang digunakan, validitas, dan beragam istilah teknis lain yang intinya meragukan sumber, cara, keahlian dalam penguasaan teknik pengumpulan data, hal-hal semacam itu. Tentunya beragam potensi deviasi yang saya sebutkan sebelumnya ada dan kental, tapi kita "exclude" dari topik diskusi hari ini.

Sebagai cara berdamai, minimal dengan diri saya sendiri, Saya anggap semua data yang sudah tersaji itu sahih, akurat, dan "zero error". Ini penting bagi saya, sehingga saya tidak memiliki ganjalan hati nurani dalam proses- proses menarasikan data menjadi informasi pada kesempatan kali ini. Mudah-mudahan informasi atau pemahaman baru tetap dapat diperoleh meskipun ada keraguan terhadap "expertise" dan segudang alasan lainnya seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya.

Tulisan inipun dilatar belakangi oleh obrolan ringan dengan seorang kawan, yang  telah menjalin relasi pertemanan baru  23 tahun saja,  kalau tidak salah hitung. Kebetulan juga beliau ini yang menggawangi sebuah kanal media kreatif, innovatif serta interaktif. Upaya untuk selalu berada "out of the box" dan "kerja keras" sangat kental terasa dalam membumikan data, menurut observasi subyektif saya tentunya. Tulisan inipun menggunakan data yang di himpun hasil dari "melototin" release tim yang di bentuk pemerintah setiap hari. Kalau sahabat jeli, pastinya akan tau kanal yang saya maksud dan pribadi yang tidak saya sebut namanya ini.

Tulisan kali ini respon saya menanggapi upaya-upaya yang telah dirintis untuk membangun kesadaran pada situasi baru yang menuntut perubahan perilaku cepat dalam masyarakat. 

Tapi sekilas, belum tampak secercah harapan sebagai tanda keberhasilan penanaman perilaku baru ini. Perilaku yang dimaksud ada kebiasaan publik yang meminimalkan resiko terpapar "virus corona:

Beragam fenomena hari-hari ini menunjukkan potret belum tampaknya perubahan perilaku  masyarakat. 

Indikator utama dan yang paling kuat bahwa isu pandemik Corona ini belum terkelola dengan baik, terlihat dari lonjakan kasus positif yang terus meningkat setiap hari. 

Di bawah ini disajikan visualisasi data kasus covid-19 selam bulan Juni 2020 dalam lingkup Indonesia. Beberapa hal yang perlu di catat sebagai bagian yang perlu di tindak lanjuti oleh yang berkepentingan tentunya.

1. Peningkatan kasus covid yang belum menampakkan tanda-tanda akan turun. Klaim atau optimisme semu yang selama ini di dengunkan bahwa sebelum lebaran kasus sudah turun dan lain-lain dengan sendirinya terbantahkan oleh data yang di generate oleh tim pemerintah. 

2. Saya mencatat dalam pengamatan dalam diskusi media sosial khususnya Twitter, diskusi terkait virus korona mendominasi 90 persen topik diskusi, tepatnya 88, 86 persen. 

Social Media analytic Tools Drone Emprit Academic menangkap sebanyak 1.868.144 cuitan 88,86 persen cuitan atau 1.660.051 cuitan adalah diskusi terkait virus corona dan turunannya. Tangkapan layar Drone Emprit Academic besutan Universitas Islam Indonesia di bawah ini mengkonfirmasi hal ini.

Tulisan terdahulu bisa di rujuk untuk menegaskan fakta di atas. 

( Baca disini:  https://www.kompasiana.com/haribagindopasariboe/5ef46138d541df66b1629382/analisis-sosial-media-twitter-corona-vs-everything-else )

Sosial media Twitter sebanyak 88, 86 persen  topik diskusi berbumbu Corona Sumber: Tangkapan Layar Drone Emprit Academic
Sosial media Twitter sebanyak 88, 86 persen  topik diskusi berbumbu Corona Sumber: Tangkapan Layar Drone Emprit Academic

Dari Dua sumber data yang saya kutip di atas, saya  menggaris bawahi bahwa 

1. Suasana kebatinan masyarakat yang selama 3 bulan ini di cekoki informasi terkait virus corona telah mendominasi percakapan di media sosial dengan sangat masif, sehingga topik-topik lain yang penting tidak bisa menembus topik terkait korona yang sudah terlanjur membesar tanpa kontrol.

2. Upaya yang telah dilakukan sejumlah pihak untuk menurunkan angka positif terpapar virus Corona belum menunjukkan penurunan.

3. Kebijakan "new normal" yang telah di ambil membawa masyarakat pada kodisi "herd immunity" dengan sendirinya. Penekanan pada: " Yang sehat yang paling belakangan meninggal"

4. Masyarakat sebagai obyek kebijakan dihadapkan pada pilihan sulit: Antara keluar rumah dengan probability kemungkinan terpapar covid-19 yang lebih tinggi dan tidak keluar rumah dengan konsekwensi kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi.

5. Implikasi dan potensi kegaduhan sosial sangat terbuka dan besar.

Dengan segudang persoalan yang di sebutkan diatas. Pekerjaan rumah yang perlu penyelesaian cepat dan tepat. Berpolemik bukalah pilihan bijak. Apalagi mencoba menjaring di air keruh jangan sampai terjadi.

Pendapat saya pribadi, hanya institusi sekelas negara yang bisa mencoba mencari terobosan-terobosan baru dalam menghadapi pandemik virus corona ini. Bila dirasa perlu "lock down" total dengan segala pertimbangannya, sebagai komponen masyarakat kita siap mendukung. Keseriusan dan kesungguhan ini yang perlu di paparkan kepada masyarakat. Optimisme perlu di "pantik" ulang. Mind set perlu di "instal ulang", "corrective action"perlu segera di laksanakan.

Langkah-langkah yang terukur, terstruktur dan terbatas waktu sebagai bagian dari wacana "NEGARA HADIR" masih di tunggu oleh masyarakat umum/publik.

Semoga ini tidak akan perlu lama menunggu.

 Passer Baroe, 2 Juli 2020

Salam Hangat,

Hari Bagindo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun