Selain itu, perumusan tersebut dilakukan di kediaman seorang Jepang yang bisa saja sewaktu-waktu memmbelot. Mengingat saat itu, pemerintahan Jepang berjanji pada sekutu agar tetap mengisi status quo dan tidak mengizinkan kemerdekaan Indonesia.
Naskah otentik yang telah di-repro dan diperbesar
Beberapa diantaranya mengusulkan agar naskah ditandatangani oleh semua peserta yang hadir. Namun Soekarni menyerankan agar yang menandatangi naskah proklamasi itu cukup dua orang yaitu Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Semua peserta Sepakat.
Kala itu, tidak ada meja di serambi depan, kedua tokoh tersebut menandatangani naskah di atas sebuah piano besar milik Maeda. Piano tempat penandatanganan naskah Dengan segera, BM Diah membawa naskah tersebut ke ruangan pengetikan dan segera diketik oleh Sayuti Melik dengan menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Saat membaca naskah mungkin Soekarno dan Hatta dalam keadaan mengantuk berat karena semalaman telah letih membuat naskah, namun semangat kemerdekaan membuatnya tak terlihat letih sedikitpun.
Seorang sekretaris dan kepala urusan rumah tangga rumah Maeda pernah mengunjungi bangunan ini dan membenarkan bahwa beberapa furniture dan koleksi sudah tak asli lagi. Sangat disayangkan.
Lantai dua memuat banyak foto mengenai proses penyusunan naskah serta perjuangan yang menyertainya. Peristiwa Rengasdengklok hingga pristiwa agresi militer tertata apik dalam sebuah alur foto yang didisain modern dan rapi.
Dengan foto-foto yang sudah banyak direstorasi dan tata letak yang cermat, museum yang dikelola oleh dinas Pendidikan dan kebudayaan ini cukup memberikan pemahaman yang baik mengenai proses persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada pengunjung. Poster dan Foto yang cukup informatif di Lt. 2 gedung Museum