Berbuat baik tentu tidak harus dipikirkan siapa memilih siapa. Dan saya ingin tetap begitu, agar saya bisa melatih diri untuk menghormati pilihan orang-orang. Jadi jika setelah tahu ia dibantu oleh relawan Jokowi namun di bilik suara pun pilihannya tetap Prabowo, justru itu adalah hal bagus, memastikan bahwa perbuatan baik kita tak mesti disekat-sekat oleh pandangan politik.
Dan saat memulai perjalanan #1000kmJKW, Wan Daeng lah yang saya ajak pertama kali, bukan Tommy. Test case kita adalah Tol Bocimi, dari Bogor hingga Ciawi, lalu berlanjut ke Sukabumi. Tol inilah yang kini membuat perjalanan ke Pantai Ratu, Sukabumi, sebagai salah satu tujuan wisata terkenal hanya makan waktu beberapa jam.Â
Saya ingat waktu dulu masih kuliah harus ke Sukabumi, tidur di jalan karena kemacetan luar biasa saat Pak Mantan kita ingin jalan-jalan sehingga terpaksa beberapa jam jalanan ditutup. Sempit dan menyiksa, itulah memori yang keluar di kepala saya dari perjalanan ke Sukabumi.
Beberapa bulan sebelumnya saya sempat mengiringi perjalanan Pak Jokowi di sini. Sayang terlalu terburu-buru dan hampir tidak ada yang bisa dinikmati, selain menyaksikan kerennya Pak Jokowi menguji coba Choppernya. Dan waktu itu Tol Bocimi baru setengah selesai, belum bisa diuji coba.
Maka beberapa hari menjelang takbir lebaran, saya ajak Wan Daeng ke Sukabumi. "Yuk, ga jauh kok. Sebentar saja." Ia setuju, setelah mengajak Agus temannya. Hanya dalam waktu sebentar, dari gerbang tol Bintara, kami sudah sampai di Ciawi, lalu merapat ke Rest Area yang indahnya luar biasa, mirip villa di Puncak. Bangunannya rapi teratur, dan lebih luar biasanya lagi musalanya tak asal jadi. Tapi dibangun dengan arsitektur yang indah sekali.Â
Dan lagi-lagi Wan Daeng minta waktu untuk bertemu pujaan hatinya hahahaha. Tentu saya harus rahasiakan siapa dan di mana karena masalah privasi. Tapi memang lucu saat seorang zuhud ternyata masih membutuhkan kelembutan seorang perempuan untuk bisa meneruskan ibadahnya. "Lihat ini, orangnya cantik, omongannya halus," katanya sambil memperlihatkan HP Samsungnya ke saya. Saya senyum saja "Ya sudah ayo kita temui, Wan. Siapa tahu berjodoh kan?" Hingga lepas Isya barulah kami kembali ke Jakarta lalu Wan Daeng pulang dengan motornya yang sudah kinclong.Â
Wan Daeng membukakan mata saya, bahwa Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah bagian dari catatan sejarah yang tidak bisa kita pungkiri. Saya, sebagai salah satu timses Ahok waktu itu menghadapi perasaan tidak adil yang ditimpakan kepada Ahok. Namun dari beberapa kali ngobrol dengan Wan, saya juga mulai mengerti kenapa mereka pun merasa tersakiti dengan beberapa kali pernyataan Ahok.Â
Kejadian Pulau Pramuka hanyalah titik puncak pertentangan itu, namun ada banyak sekali event yang merenggangkan hubungan pemeluk Islam konservatif dengan Ahok, dibumbui pula hubungan yang kurang baik dengan para habib, yang kemudian menular ke mayoritas pemeluk Islam.