Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Durian Pak Hussein

2 November 2020   16:45 Diperbarui: 2 November 2020   19:57 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Terus aja telusurin pohon sawitnya, nanti di ujung itu pohon durian, turun ke bawah. Di situ rumahnya," tambah temannya.

dokpri
dokpri

Saya kemudian mengikuti petunjuk itu. Curam sekali ke bawah. Tapi di bawah saya menemukan hal yang tak lazim. Rumah Pak Hussein ternyata cukup mewah. Atapnya genteng dan lantainya dari keramik berkilat. Saya ketuk pintunya.

"Pak Hussein sedang memanen jengkol. Mau nunggu?" Kata Bu Hussein menyambut saya.

"Boleh bu, sekalian izin menggunakan toilet untuk membasuh badan," jawab saya. Saya baru ingat sudah seharian tidak mandi karena berkendara dari Jakarta.

Usai mandi, kami mengobrol.

"Dari Jakarta? Oh, saya dan suami dulu juga di Priok tinggalnya. Bapak usaha dagang besi tua bekas kapal. Belakangan Bapak beli bibit sawit dan ditanam di kebun dan bangun rumah. Kita memutuskan tinggal di sini saja." ia duduk di kursi rotan yang tidak terlihat murah sama sekali.

Bu Hussein dengan bangga menceritakan bagaimana kebunnya dan suami sebenarnya tidak terlalu bergantung ke sawit. "Durian juga ada. Bapak menanam durian tembaga yang mahal itu. Kalau sudah musim panen, habis diborong Rp 100 ribuan sebuahnya." Ia menunjuk pondok di depan rumah yang tipikal tempat berjualan durian.

"Kalau bapak memang apa saja yang bertemu, ditanam. Dapat bibit merica, ditanam. Dapat nenas, ditanam. Apa saja ditanam," tambahnya lagi.

Setelah mengambil beberapa foto Bu Hussein, saya pamit untuk mengecek kebunnya yang berada di belakang rumah. Bu Hussein mempersilakan.

dokpri
dokpri
Sialnya, saya hanya beralaskan sendal jepit dan celana pendek. Bukan kombinasi yang baik untuk mengarungi lahan yang berbukit-bukit. Akibatnya berkali-kali saya terpeleset dan betis saya terasa gatal luar biasa dirubungi nyamuk.

"Iya, ini kebun saya. Itu di atas ada durian, merica, cokelat, cengkeh, nenas. Selingannya sawit," jelas Pak Hussein yang baru saja saya temui. Ia memegang tangan saya supaya bisa kokoh berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun