Mohon tunggu...
Hardiyan Permana
Hardiyan Permana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

man that who's riding the storm

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jujur Memuji Vs. Gombal

24 April 2011   10:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:27 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303632061160606441

[caption id="attachment_104547" align="alignleft" width="468" caption="Jujur Vs. Gombal"][/caption] Jujur Memuji Vs. Gombal Seiring dengan aktivitas komunikasi yang semakin intens, terutama melalui social media menyebabkan runtuhnya sekat - sekat atau batasan - batasan antara komunikator dengan komunikan. Runtuhnya sekat - sekat ini juga berarti pergeseran makna kata dalam penyampaian. Hal ini mungkin dapat diibaratkan makan coklat. Enak, tapi karena keseringan rasanya menjadi membosankan. Begitu pula dengan kejujuran orang dalam memuji yang semakin lama semakin sering dan semakin kreatif yang akhirnya sering dimaknai sebagai gombalan. Kita ambil contoh yang sederhana, misalnya saya mengucapkan "Kamu Cantik" kepada teman perempuan saya. Kemudian dia merespon dengan kalimat, "Ah gombal". Lantas saya bertanya - tanya dalam hati, kok dibilang gombal? Kalau menurut saya ada beberapa alasan mengapa sang perempuan itu berfikir kalau saya sedang menggombal: 1. Dalam budaya orang Indonsia tidak terbiasa memuji atau menerima pujian secara spontan. 2. Dia takut ke-gr-an. 3. Berfikir kalau orang memuji pasti ada maunya. 4. Tidak yakin atau tidak nyaman dengan dirinya Sebenarnya untuk membedakan antara jujur memuji dengan gombal ini dapat dilihat dari komposisi kata dan maknanya. Semakin panjang kalimat dari pujian ini memiliki kecendeungan ekspresif atau gombal. Dan kepada berapa banyak orang kalimat pujian ini diucapkan. Semakin banyak diucapkan, maka kalimat pujian ini semakin rendah harganya. Namun akan berbeda apabila kalimat pujian ini ditujukan kepada 1 orang terus menerus. Ini mengindikasikan bahwa memang ada kekaguman tersendiri kepada seseorang tersebut, terlebih lagi apabila kalimat pujian ini juga diucapkan kepada orang ketiga ketika seseroang tersebut sedang tidak ada. Akan tetapi kalimat pujian yang sifatnya spontan, menurut saya lebih bersifat jujur, karena tidak direncanakan. Moment spontanitas ini biasanya diiring dengan moment surprise. Sebagai bentuk realitas yang muncul tiba - tiba. Namun harus saya akui pula, sebagai seorang pria, kerap kali mengkondisikan moment - moment ini. Pria - pria yang sering melakukan pengkondisian moment dengan trik dan intrik inilahyang menyebabkan moment pujian spontan sekarang ini menjadi kabur artinya yang tiba - tiba langsung didefinisikan sebagai gombal. Oleh karena itu ada baiknya apabila perempuan juga kembali belajar membedakan mana pujian jujur dan mana yang cenderung gombal. Meet me at: www.mahesaadv.com www.anthroinsight.com

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun