Mohon tunggu...
Hardiriyanto
Hardiriyanto Mohon Tunggu... Guru - Hardiriyanto, staf pengajar di SMP MARSUDIRINI Bogor.

Terus berusaha dan mencoba.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Senyum, Salam, Sopan, Santun: Cermin Karakteristik Unggul Peserta Didik

8 April 2021   16:00 Diperbarui: 8 April 2021   16:10 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Belajar Dari Rumah / BDR dalam jaringan dan luar jaringan (dokpri)

Penetapan kurikulum menjadi hal yang sangat urgen karena dalam kondisi yang serba terbatas seperti saat ini, pendidik tetap harus merancang skenario pembelajaran yang fleksibel. Apalagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Dengan begitu, setiap satuan pendidikan hendaknya memilih dan memilah kurikulum secara bijaksana sebelum menetapkannya sebagai acuan kegiatan akademik sepanjang satu tahun ajaran.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. telah menuturkan adanya tiga terobosan yang dapat menjadi solusi dari hal tersebut. Pertama, satuan pendidikan boleh menerapkan kurikulum dengan acuan Kurikulum Nasional. Kedua, satuan pendidikan boleh menerapkan kurikulum darurat.  Ketiga, satuan pendidikan boleh menerapkan kurikulum mandiri dengan penyederhanaan khusus.

Pada masa pandemi Covid-19 memang banyak hambatan, tantangan, dan gangguan yang seolah-olah menghantui kinerja para pendidik dalam memaksimalkan peran keseharian dalam lingkup sekolah. Bagi sekolah-sekolah yang jumlah peserta didiknya banyak, terdapat kesulitan bagi guru dalam mengondisikan pembelajaran secara maksimal. 

Demikian pula bagi guru di sekolah-sekolah yang jumlah peserta didiknya sedikit. Terlebih lagi jika sekolah-sekolah tersebut termasuk dalam wilayah zona merah. Jelas, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pun pada akhirnya cenderung terlaksana dengan menyesuaikan keadaan. Oleh karena itu, muncullah isilah Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sekitar awal tahun ajaran 2020/2021 sebagai alternatif penanggulangan fenomena tersebut.

Selanjutnya, banyak alternatif pemecahan masalah bermunculan. Pertama, guru menerapkan pembelajaran dengan model penugasan mandiri terstruktur bagi peserta didik yang hadir di sekolah secara bergantian untuk dikerjakan di rumah.  

Kedua, guru menerapkan pembelajaran dengan model penugasan mandiri terstruktur bagi peserta didik yang tidak hadir di sekolah dengan mengunjungi rumah peserta didik secara bergantian. Ketiga, guru menerapkan pembelajaran dengan model penugasan mandiri terstruktur bagi peserta didik dari rumah secara online (dalam jaringan)  maupun offline (luar jaringan). 

Bertitik tolak pada alternatif-alternatif pemecahan maslah tersebut, apakah perilaku dan pendidikan karakter peserta didik masih dapat tersentuh oleh para pendidik? Jika tidak bertatap muka secara langsung, bagaimanakah para pendidik dapat mengamati perilaku para peserta didik? Bagaimanakah para pendidik dapat menerapkan pembiasaan nilai-nilai maupun pendidikan karakter para peserta didik? Inilah yang pada awalnya menjadi kekhawatiran dan kecemasan para guru.

Berikut ini gagasan sederhana tentang kriteria penilaian perilaku dan karakter peserta didik bagi guru yang menerapkan pembelajaran dengan model penugasan mandiri terstruktur bagi peserta didik yang hadir di sekolah secara bergantian untuk dikerjakan di rumah. 

Sang pendidik dapat menilai niat murni dan kesetiaan peserta didik untuk hadir di sekolah demi mengambil lembar kerja yang disiapkan oleh guru. Selain itu, guru dapat menilai kecintaan peserta didik pada tugas yang tampak dari hasil yang dikumpulkan pada saat hadir kembali di sekolah.

Sementara bagi guru yang menerapkan pembelajaran dengan model penugasan mandiri terstruktur bagi peserta didik yang tidak hadir di sekolah dengan mengunjungi rumah peserta didik secara bergantian dapat menilai perilaku dan karakter peserta didik secara langsung. Ia dapat menilai kesederhanaan, niat murni, kesetiaan dalam menekuni pembelajaran, dan pembiasaan doa. Bahkan, ia dapat juga menilai kecintaan peserta didik pada tugas, persaudaraan atau silaturahmi, dan ketepatan waktu dalam menuntaskan tugas.

Hal yang sama berlaku bagi yang guru menerapkan pembelajaran dengan model penugasan mandiri terstruktur bagi peserta didik dari rumah secara online (dalam jaringan)  maupun offline (luar jaringan). Guru dapat menilai niat murni, kesetiaan,  cinta pada tugas, persaudaraan atau silaturahmi, pembiasaan doa, dan ketepatan waktu dalam menuntaskan tugas.

Meskipun banyak wujud kreatifitas para pendidik dalam mengantisipasi keterbatasan ruang dan waktu, tentunya semua itu masih perlu mendapatkan dukungan dari orang tua. Bukan hanya peserta didik yang merespon dengan baik upaya-upaya tersebut. 

Orang tua pun hendaknya turut menjadi guru bagi putera-puterinya di rumah. Kini para peserta didik mempunyai guru dalam dunia maya. Sebaliknya, peserta didik pun mempunyai guru dalam dunia nyata. Sudah selayaknyalah guru dan orang tua dapat saling bertukar kedua peran tersebut dengan sebaik-baiknya sesuai kondisi dan situasi.

Ibarat peribahasa "Tak ada gading yang tak retak". Tidak ada peserta didik yang bodoh. Yang ada, peserta didik yang belum menemukan guru sejati yang mengerti dan memahami kebutuhan mereka terlebih dalam keterbatasan seperti pada masa pandemi Covid-19 ini.

Dengan metode pembelajaran apa pun, sesungguhnya guru masih dapat memantau bahkan mengamati serta menilai perilaku peserta didik. Hal yang terpenting, guru hendaknya senantiasa membiasakan para peserta didik agar selalu bermurah 'senyum', berucap 'salam', berperilaku 'sopan', dan bertutur kata 'santun'.  Jika keempat pembiasaan tersebut selalu tertanam pada diri peserta didik, niscaya sikap sosial mereka akan relatif baik bahkan amat baik. Dengan demikian, cermin karakteristik unggul peserta didik, pembelajar sejati akan selalu terpatri dalam hati sanubari putra-putri, generasi penerus bangsa.

Jika para pendidik sudah konsisten membiasakannya, marilah untuk senantiasa memeliharanya sebagai warisan luhur budaya bangsa Indonesia. Jika belum, marilah kita memupuknya sebagai bakal keunggulan sekaligus kearifan bangsa Indonesia ! Dengan begitu, pendidikan karakter tetap menjadi hal yang terpenting sebagai pegangan guru dalam mewujudkan pendidikan yang dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun