Sedari dulu kasus bullying di Indonesia tergolong cukup banyak, khususnya di lingkungan sekolah. Bentuk bullying cukup beragam mulai dari melalui perkataan, tindakan mengucilkan, dan menyakiti fisik. Bahkan mulai dari bangku Sekolah Dasar (SD) kebanyakan anak Indonesia sudah mengenal maupun mengalami bullying.Â
Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan pada Kamis, 17 Desember 2020 juga mewawancarai salah satu anak yang baru saja lulus sekolah dasar bernama Trias(13). Siswa yang baru menginjakkan kaki di bangku pendidikan Sekolah Menengah Pertama ini mengaku bahwa ketika dia menempuh pendidikan Sekolah Dasar, dia sering menjumpai aksi bullying di lingkungan sekolahnya.
Serangkaian bullying yang sering dijumpai di lingkungan sekolahnya kebanyakan berupa verbal bullying. Para pelaku melakukan bullying dengan mengolok-olok bentuk fisik temannya dan juga memberi julukan khusus yang terkesan kasar dan tidak pantas untuk diucapkan. Bahkan terdapat juga salah satu anak yang mendapatkan bullying oleh sekelompok temannya atau lebih dikenal dengan istilah sosial bullying.Â
Siswa yang lain hanya mampu melihat tanpa membela dikarenakan rasa takut akan bernasib sama dengan korban. Para pelaku biasanya adalah anak yang terkenal pembuat onar dan hanya berani melakukan perundungan apabila terdapat beberapa teman lainnya yang mendukung aksi tersebut.Â
Hal tersebut sangat disayangkan karena seharusnya masa Sekolah Dasar (SD) merupakan masa bagi mereka untuk belajar dengan menyenangkan karena seusia mereka selain belajar, bermain dengan teman sangat dibutuhkan untuk perkembangan mereka. Selain itu, bullying juga akan memberikan dampak yang sangat besar bagi korbannya. Secara mental korban akan merasa trauma yang akan memengaruhi kehidupannya. Korban akan takut untuk berinteraksi pada orang lain, menjadi pribadi yang mudah cemas, dan selalu merasa ketakutan ketika berada di tempat umum.

Para pelaku biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menyakiti perasaan orang lain dan hanya menganggap hal tersebut sebagai suatu bercandaan. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan kognitif dan emosi yang ada dalam diri anak. Walaupun anak memiliki kemampuan sendiri untuk mengembangkan moralnya, tetapi perhatian dari orang tua baik di rumah maupun di sekolah dan orang dewasa di sekitarnya tetap berperan penting.
Lantas bagaimana cara mencegah bullying? Bullying dapat dicegah salah satunya dengan cara mengajak anak-anak untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pancasila merupakan ideologi dasar bangsa Indonesia yang juga merupakan pandangan hidup yang dapat menuntun masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Â
Kamis, 17 Desember 2020, mahasiswa UM melakukan sosialisasi terkait pentingnya mengamalkan nilai-nilai pancasila untuk mengindari perbuatan tercela salah satunya bullying. Kegiatan tersebut dilaksanakan di salah satu kampung di kota Surabaya. Sosialisasi dikhususkan bagi anak yang usia Sekolah Dasar. Sosialisasi ini bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung pada pancasila bukan sekedar menghafalkannya saja.Â
Seperti nilai yang terkandung pada sila kedua yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab", bahwa kita sebagai bangsa Indonesia harus memiliki kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral serta rasa saling menyayangi dan mencintai antar sesama umat manusia. Dengan adanya sosialisai tersebut, diharapkan kasus bullying yang sudah marak terjadi di Indonesia khusunya di lingkungan sekolah dapat dicegah sehingga tidak ada lagi anak yang takut untuk pergi ke sekolah karena perilaku bullying.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI