Mohon tunggu...
Hardina Diva Ananda
Hardina Diva Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Akuntansi Universitas Airlangga

Seorang ISFJ yang memiliki minat dan ketertarikan di bidang kepenulisan artikel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tekan Kasus Kenakalan Anak & Remaja Desa Gumuk, Tim BBK 3 UNAIR Undang Psikolog Klinis untuk Edukasi Orang Tua

30 Januari 2024   10:59 Diperbarui: 30 Januari 2024   11:16 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Anak adalah masa depan bangsa. Dalam berbagai kesempatan pers, Presiden Joko Widodo juga turut menyampaikan bahwa, " Perlindungan dan kesempatan bagi anak untuk berkembang adalah pertaruhan masa depan bangsa."

Namun, sebuah kondisi ideal tersebut kini harus terbentur oleh realita pahit keadaan generasi muda saat ini. Banyak generasi muda yang telah hilang arah dan motivasi akan masa depan. Merokok, minum-minuman keras, hingga menghabiskan waktu seharian penuh di layar ponsel merupakan aktivitas yang paling mereka gemari. Data Atlas Pengendalian Tembakau di ASEAN mengungkapkan lebih dari 30% anak Indonesia (setara dengan 20 juta) mulai merokok sebelum usia 10 tahun. Hal ini juga dijumpai secara nyata oleh Tim BBK 3 UNAIR dalam kegiatan survei mereka.

Tim BBK 3 UNAIR yang melaksanakan aktivitas Belajar Bersama Komunitas atau yang biasa dikenal juga dengan sebutan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Gumuk telah mewawancarai 15 anak yang tersebar di beberapa SD dan melakukan observasi langsung di lingkungan tersebut. Berdasarkan aktivitas tersebut, tim menemukan bahwa terdapat banyak anak tingkat Sekolah Dasar yang sudah merokok dan mengonsumsi minuman keras (miras).

Selain karena dampak negatif pergaulan yang ada, hal ini dapat terjadi karena minimnya keterlibatan orang tua dalam proses perkembangan dan pendidikan anak. Padahal, lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat anak-anak. Atas dasar hal tersebut, tim BBK 3 UNAIR berinisiatif untuk mengadakan seminar guna memberikan edukasi kepada orang tua untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting mereka dalam perkembangan dan pendidikan anak.  Acara ini mengundang Danu Aji Nugroho, seorang psikolog klinis di RSUD Abdoer Rahem dan RS Elizabeth untuk menjadi narasumbernya.

Berlangsung dengan besarnya antusias para orang tua, seminar ini digelar pada hari Jumat, 19 Januari 2024 di Balai Desa Gumuk, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dengan mengundang para orang tua dari SD 1 & 3 Gumuk. Danu Aji Nugroho mengungkapkan bahwa orang tua dapat terlibat dalam pendidikan dan perkembangan anak dengan cara memberikan pengasuhan yang positif kepada anak dan menerapkan komunikasi yang efektif dengan anak. Poin menarik yang ditekankan pada pengasuhan yang positif adalah orang tua harus terlebih dahulu menjaga kesehatan mentalnya sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menyalurkan hobinya di sela-sela kesibukan, seperti berkebun, memancing, dan sebagainya. Apabila orang tua sudah dapat menjaga kesehatan mentalnya, maka proses lainnya akan dapat berjalan dengan lancar.

Selain itu, terdapat 4 poin lainnya, yaitu: memastikan lingkungan yang aman, menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, memiliki harapan yang realistis, dan menerapkan kedisiplinan yang asertif. Orang tua juga harus menyadari bahwa anak memiliki waktu  tersendiri untuk bertumbuh dan berkembang. Bukanlah keputusan yang bijak apabila anak dipaksakan untuk memenuhi harapan orang tua yang tidak realistis.

Hal penting lainnya yang ditekankan Danu Aji Nugroho adalah komunikasi yang baik dan efektif. Beberapa kesalahan yang kerap dilakukan orang tua dalam melakukan proses komunikasi kepada anaknya adalah: berbicara hanya ketika ada persoalan, berbicara sambil melakukan hal lain, berbicara dengan dominasi emosi negatif (seperti marah dan panik), sikap meremehkan, hingga terlalu banyak mengkritisi dan lupa mengapresiasi anak. Komunikasi yang efektif dibangun dengan prinsip R-E-A-C-H, yaitu: Respect (menghormati), Empathy (empati), Audible (dapat didengar), Clarity (jelas), dan Humble (rendah hati). 

Pada sesi tanya jawab, terdapat diskusi mengenai pola asuh yang dilakukan untuk remaja. Pada remaja, orang tua harus melakukan upaya yang lebih ekstra dalam menjangkau anaknya. Orang tua harus mengawasi lingkungan pergaulan sebaya karena dominasi pengaruh pada remaja adalah pada lingkungan pergaulannya. Kedua, orang tua dapat menciptakan pola komunikasi yang efektif dengan mendalami topik-topik yang dianggap menarik oleh anak tersebut. Dengan demikian, orang tua akan menjadi relevan dengan anak usia remajanya.

"Misalnya, anak Ibu mungkin suka sepak bola, maka Ibu dapat memulai topik-topik perbincangan dari sepak bola itu." Jawab Danu sembari tersenyum dengan ramah.

Pada akhirnya, kenakalan anak dan remaja harus dinilai dari perspektif yang lebih luas, seperti pemantauan lingkungan yang mewadahi tumbuh kembang mereka. Selagi ada celah yang dapat dilakukan pengendalian, sudah menjadi tugas masyarakat dan pemerintah bersama-sama untuk mengatasi dan menanggulanginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun