Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia, mencapai lebih dari 23 Ribu MW. Namun, baru sekitar 12% yang dimanfaatkan. Dengan langkah strategis, Indonesia berpeluang menjadi Produsen Panas Bumi (Geothermal) nomor satu Dunia sekaligus mempercepat transisis energi hijau.
Cadangan panas bumi Indonesia mencapai 23.742 MW, tetapi kapasitas terpasang baru 2.744 MW. Saat ini Indonesia ada di posisi kedua dunia setelah Amerika Serikat. Potensi ini dapat menjadi tulang punggung transisi Energi Nasional, mengurangi emisi karbon, dan memeperkuat ketahanan energi.
Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi pilar penting dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Panas bumi berbeda dari surya matahari dan angin yang bersifat stabil sepanjang tahun. Dengan kondisi geografis di sabuk api pasifik, Indonesia berpeluag untuk memimpin sektor panas bumi global.
Strategi Pemerintah,
Pemerintah meluncurkan platform digital genesis untuk mempermudah lelang wilayah kerja panas bumi (WKP). Selain itu melalui RUPTL 2025-2034, ditargetkan pembangunan 48.000 km sirkuit transmisi agar energi panas bumi dapat tersalurkan ke seluruh penjuru negeri secara merata.
Investasi, Pada International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025, ditandatangani tujuh nota saham senilai USD 1,5 miliar (25 Triliun). Proyek ini akan menambah kapasitas 265 MW dengan melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, dan mitra luar negeri, Hal ini menandakan adanya peningkatan kepercayaan pasar pada energi hijau Indonesia.
Tantangan, Pengembangan panas bumi (Geothermal) akan menghadapi hambatan regulasi yang rumit dan jaringan transmisi yang belum sepenuhnya optimal. Namun, dengan penyederhanaan aturan regulasi dan dukungan investasi yang cukup, peluang Indonesia menjadi produsen listrik panas bumi terbesar dunia semakin nyata.
Dampak, Energi baru panas bumi ini berpotensi meciptakan lapangan kerja baru, memperkuat ekonomi lokal, dan membantu menjaga kelestarian lingkungan. Jika dikelola dengan bijak, manfaatnya akan terasa hingga generasi berikutnya.
Energi Baru Terbarukan (EBT) bukan sekedar pilihan, melainkan kebutuhan. Mari bersama mendukung energi hijau, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan menjaga bumi agar tetapi lestari untuk masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI