Mohon tunggu...
Hapsah
Hapsah Mohon Tunggu... Admin Support

Coffee and Psychology addicted

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketidakseimbangan SDM dan Lapangan Pekerjaan di Era Modern

30 September 2025   22:27 Diperbarui: 30 September 2025   22:27 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern yang ditandai dengan perkembangan teknologi digital dan globalisasi, persoalan ketenagakerjaan menjadi isu penting yang kerap dibicarakan masyarakat. Setiap tahun, jumlah lulusan sekolah dan universitas terus bertambah, sementara lapangan kerja yang tersedia tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan tersebut. Fenomena ini menimbulkan ketidakseimbangan serius antara ketersediaan SDM dengan kebutuhan nyata di dunia kerja. Lalu bagaimana fenomena ini bisa terjadi?

Masyarakat melihat bahwa masalah bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas tenaga kerja. Banyak lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Misalnya, di tengah maraknya transformasi digital, masih banyak lulusan yang belum memiliki kompetensi teknologi yang dibutuhkan perusahaan. Hal ini menimbulkan opini publik bahwa dunia pendidikan sering kali tertinggal dari perkembangan industri, sehingga output tenaga kerja tidak sesuai dengan lapangan kerja yang ada. Ditambah, budaya industri di Indonesia lebih mengedepankan para calon karyawan yang sudah terbiasa bekerja (bukan siap bekerja).

Selain itu, publik juga menyoroti fenomena hilangnya lapangan kerja akibat otomatisasi dan perkembangan artificial intelligence. Profesi-profesi tradisional seperti kasir, operator mesin, hingga pekerjaan administrasi manual semakin tergeser oleh mesin dan sistem digital. Akibatnya, tenaga kerja yang selama ini mengandalkan keahlian manual sulit beradaptasi dengan perubahan tersebut, dan akhirnya banyak yang menganggur.

Di sisi lain, lapangan kerja baru justru bermunculan, terutama di bidang teknologi, data science, hingga industri kreatif digital. Namun, opini publik berkembang bahwa peluang ini hanya dapat diisi oleh mereka yang memiliki keterampilan khusus dan akses terhadap pendidikan teknologi. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin lebar, di mana sebagian kelompok masyarakat mampu beradaptasi, sementara yang lain tertinggal.

Publik juga memandang bahwa pemerintah belum sepenuhnya mampu mengantisipasi perubahan ini. Program pendidikan dan pelatihan dianggap masih kaku dan tidak cukup cepat menyesuaikan kebutuhan pasar kerja. Banyak suara yang mendesak agar pemerintah memperkuat link and match antara pendidikan dan industri, sehingga generasi muda tidak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja baru melalui inovasi.

Tidak hanya pemerintah, publik juga menuntut peran aktif perusahaan dalam memberikan kesempatan upskilling dan reskilling bagi tenaga kerja. Perusahaan dipandang memiliki tanggung jawab sosial untuk memastikan karyawannya dapat bertahan dalam arus perubahan. Selain itu, masyarakat juga mendorong generasi muda agar tidak sekadar bergantung pada pekerjaan formal, tetapi berani berwirausaha dan memanfaatkan peluang di ekonomi digital.

Akhirnya, opini publik menggarisbawahi bahwa ketidakseimbangan antara SDM dan lapangan kerja adalah tantangan yang harus dihadapi bersama. Masalah ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan menambah lapangan kerja, tetapi juga dengan meningkatkan kualitas dan relevansi SDM. Dengan kolaborasi antara pemerintah, dunia pendidikan, industri, dan masyarakat, diharapkan ketimpangan ini dapat ditekan, sehingga Indonesia memiliki tenaga kerja yang kompetitif dan siap menghadapi masa depan. Bagaimana menurut anda?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun