Mohon tunggu...
Happy Mommy
Happy Mommy Mohon Tunggu... Hobiis

Happy Mommy

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lebih dari Sekadar Buka Bersama

16 Maret 2025   23:36 Diperbarui: 16 Maret 2025   23:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buka bersama (Dokumentasi Darma Legi)

Ramadan selain identik dengan war takjil juga tak lepas dari kegiatan buka bersama (bukber). Semakin aktif seseorang pada sebuah komunitas, sudah dijamin banyak undangan buka bersama. Dari alumni sekolah, kantor buat yang bekerja, perkumpulan orang tua murid, organisasi yang diikuti, dan sebagainya. Acara bukber sendiri biasanya sudah dimulai pada minggu kedua bulan puasa.

Aku sendiri bukan orang yang rajin bukber. Biasanya aku lebih selektif mana yang aku akan hadir. Minggu lalu aku melewatkan undangan bukber anak dan orang tua dari ekstrakurikuler yang diikuti anak. Banyak pertimbangan, di antaranya cuaca akhir-akhir ini yang tidak kondusif untuk keluar rumah menjelang berbuka. Hampir setiap hari selama Ramadan Bandung diguyur hujan dari sore hari. Saat berbuka pun jadi mager kemana-mana apalagi aku masih ada anak batita (bawah tiga tahun). Benar, pas hari H hujan dari sore bahkan hingga malam. Ngapain harus maksain?

Pertama, kegiatan bukber sendiri menurut prasangka burukku, selama ini lebih ke ajang "duniawi". Resiko tidak ikut selalu jadi bahan omongan. Katanya, sekali saja masa tidak bisa menyempatkan. Seru, kumpul sama teman-teman. Mungkin, karena pada dasarnya aku cenderung introvert, jadi aku tidak terlalu ada keinginan dalam keramaian atau banyak orang. Aku juga cenderung orang yang bodo amat. Apapun penilaian orang lain, aku tak peduli, aku hidup bukan berdasarkan penilaian orang lain. Aku sendiri juga jarang menjelaskan dengan detail kenapa tak datang kecuali izin tidak datang. Mereka juga tak peduli dengan alasan.

Kedua, masalah anggaran. Tidak ada buka bersama gratis kecuali ada penanggungnya (perusahaan)/sponsor/donatur atau acara bakti sosial. Lokasinya, di rumah-rumah makan dengan kapasitas besar dengan menu bervariasi dan tambahan fasilitas. 

Sebagai contoh acara bukber ekstrakurikuler kemarin per orang di bandrol Rp 45 ribu rupiah. Jika ditambah ibu menjadi Rp 90 ribu. Belum, aku memiliki tiga anak yang jika dibawa semua, pengeluaran bisa lebih dari itu. Bukan berarti pelit atau anti sosial ya. Jika ada anggaran tidak apa-apa, kalau tidak? Ingat Ramadan hemat, finansial sehat. Semua kembali kepada prioritas anggaran. Jangan hanya karena gengsi mengorbankan keuangan. Jatah baju Lebaran anak disikat. Oh, tidak?

Ketiga, melalaikan kewajiban salat. Saking asyiknya mengobrol, atau menunggu makanan yang kadang lama, bahkan alasan malas antri karena mushola kecil membuat salat tidak tepat waktu kadang malah terlewatkan. Apalagi jeda antara magrib ke isya ini merupakan waktu yang singkat. Jadi, mengorbankan kewajiban untuk sesuatu yang belum tentu bernilai ibadah, karena semua amalan tergantung niatnya. Niat buka bersamanya apa?

Keempat, waktu menjelang berbuka merupakan waktu-waktu mustajab saat dikabulkannya doa. Saat-saat ini dianjurkan kita yang menunaikan puasa untuk banyak-banyak berdoa atau membaca Al quran. Tetapi justru pada kegiatan ini kita kerap dilalaikan dengan bersenda-gurau bahkan jeleknya malah menggibah. Menggunjing orang-orang yang tidak datang buka bersama.

Buka Bersama Lebih Bermakna

Menurutku, hal-hal di atas adalah hal-hal negatif terkait bukber. Namun, tentu tidak selalu bukber itu negatif, kegiatan ini bisa menjadi aktivitas positif dan lebih bermakna jika dilakukan karena ibadah.

1.Mempererat silaturahmi

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa salah satu sumber rezeki adalah dengan memperpanjang tali silaturahim. Kegiatan bukber bisa menjadi fasilitas silaturahmi pesertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun