Hari ini, politik kerap dibungkus dalam kemasan: citra yang dirancang, narasi yang diatur, dan kesan yang dibentuk. Tapi sesungguhnya, di balik semua itu, rakyat hanya butuh satu hal dari pemimpinnya: rekam jejak. Dan dari semua nama yang muncul untuk memimpin Partai Solidaritas Indonesia (PSI), satu nama menonjol bukan karena sensasi, tapi karena keberanian dan konsistensi: Ronald Aristone Sinaga, atau yang akrab disebut BroRon.
BroRon bukan tokoh jadi-jadian. Ia hadir di tengah rakyat bukan karena sedang pemilu, tapi karena memang tak tahan melihat ketidakadilan dibiarkan. Salah satu contohnya adalah ketika ia mendampingi warga Perumahan Gapura Permai yang bersengketa dengan PLN.Â
Saat warga lain menyerah dan lelah mengurus pengaduan yang tak kunjung direspons, BroRon datang bukan dengan kamera, tapi dengan keberpihakan. Kalimat yang ia ucapkan di sana singkat namun kuat: "Saya hadir mewakili warga."
Itulah BroRon---tokoh yang tidak menunggu panggung untuk tampil, tapi menciptakan panggung di tempat yang paling sepi: di hati rakyat kecil. Kita lagi tidak bicara siapa baik siapa jahat. Tapi kita bicara perjuangan rakyat di sini, dan sudah menjadi DNA PSI.
PSI hari ini sedang berada di persimpangan. Apakah ingin tetap menjadi partai yang dikenal karena gaya, atau menjadi partai yang diperhitungkan karena isi? BroRon menawarkan arah yang berbeda dari sekadar gimik politik: dia menawarkan konsistensi, keberanian, dan bukti nyata bahwa PSI bisa berdiri di sisi rakyat tanpa harus menjadi bagian dari lingkaran kekuasaan.
Banyak calon ketua umum bisa membuat janji perubahan. Tapi BroRon sudah menjalankannya sebelum ia diberi jabatan apa pun. Ia tidak menunggu dilantik untuk bekerja. Ia tidak menunggu wewenang untuk membela.
Dan inilah nilai yang seharusnya dipegang oleh PSI: kejujuran dalam keberpihakan. Ketegasan dalam membela. Keberanian dalam menyuarakan yang tidak disuarakan.
Iwan Koswara, satu-satunya kader PSI yang kini duduk di DPRD Jawa Barat, dan para kader lainnya di seluruh Indonesia tak perlu ragu atau canggung menyuarakan perjuangan rakyat. Soalnya untuk urusan perseteruan warga dengan BUMN listrik di daerah Jawa Barat, baru BroRon yang bicara, memangnya anggota legislatif kemana? Takut atau bagaimana?Â
Jadi sebenarnya, Iwan itu diuntungkan sekali. Karena semestinya dia tahu, ada calon ketua umum yang akan pasang badan. Bukan untuk kepentingan elite, tapi untuk memperjuangkan keadilan yang tak bisa dibeli.
BroRon bukan hanya pilihan logis. Ia adalah simbol bahwa politik masih bisa dijalankan dengan hati. Dan kalau PSI ingin kembali mendapat tempat di hati publik, sudah saatnya dipimpin oleh orang yang langkahnya lebih dulu bicara sebelum lisannya berjanji.