Seorang perempuan sedang makan santai, mengenakan kaos crop dan celana training panjang---outfit yang nyaman dan lumrah dipakai di mana saja di Indonesia, negeri yang konstitusinya tidak mewajibkan aturan berbusana ketat. Tapi ketenangan itu terusik oleh satu spesies sosial yang kerap muncul di ruang publik: ibu-ibu sok suci dengan moralitas abal-abal dan mulut seperti granat.
Karena bajunya agak naik dan sedikit bagian punggungnya terlihat, ibu-ibu itu langsung menyentuh tubuh si perempuan tanpa izin---menyentuh kulit orang asing, entah dengan niat menegur atau memang doyan menginvasi ruang privat. Lalu keluar ocehan yang memuakkan:
"Bajumu kependekan, punggungmu keliatan."
Dijawab santun, "Iya bu, gapapa."
Tapi si ibu lanjut: "Gak papa gimana! Suami saya di belakang kamu, punggung kamu keliatan, telanjang aja sekalian!"
Telanjang? Gara-gara punggung? Ini bukan nasihat. Ini penghinaan. Dan ini bukan soal pakaian. Ini soal orang yang menjadikan standar moralnya sebagai palu godam buat menghajar orang lain.
Tak berhenti di situ, si ibu bahkan bilang, "Orang, suami saya di belakang kamu liat kamu!"
Nah, ini dia akar persoalannya. Suaminya jelalatan, tapi yang disalahkan orang lain. Mentalitas bego yang dibungkus atas nama 'kepedulian'.
Si perempuan mencoba tetap tenang, tapi saat hendak pergi dan membayar makanan, si ibu maki lagi: "kampungan", "jual diri", "saya tampar kau". Puncaknya? Anaknya yang akhirnya DM minta video diturunkan, bukan karena sadar salah, tapi karena takut malu viral. Si ibu-nya? Enteng. Diam. Tidak ada itikad meminta maaf langsung atas kelakuan bar-bar di depan umum.
Mari kita buka lebar-lebar fakta sosial yang sering disapu di bawah karpet kesalehan semu:
Ini Indonesia. Bukan negara agama. Nggak ada undang-undang yang ngatur seberapa panjang kaos harus menutup punggung. Dan yang pasti, nggak ada hak orang lain---siapa pun dia---untuk menyentuh tubuh atau menghina manusia lain di tempat umum cuma karena style-nya nggak cocok di mata lo.
Masalah kita bukan pada orang-orang yang berpakaian crop. Masalah kita ada pada mulut-mulut yang merasa paling tahu jalan ke surga tapi lupa sopan santun. Pada orang-orang yang membaca kitab suci tapi gagal paham cara bersikap manusiawi. Pada orang-orang yang ngajarin 'tutup aurat' tapi nggak bisa nutup arogansi dan hawa nafsunya sendiri buat merendahkan sesama.