Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perbedaan Gaya Belajar antara Negara Timur dan Barat

8 Maret 2018   19:01 Diperbarui: 9 Maret 2018   02:21 5849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Perbedaan cara belajar antara pelajar Asia dan Barat dapat kita saksikan di dunia pendidikan. Pelajar Asia tidak mempelajari sesuatu karena mereka memiliki passion di bidang tersebut. Mereka melakukannya karena adanya dukungan dari keluarga besarnya. Sedangkan para pelajar di Barat melakukan sesuatu karena mereka mempunyai passion terhadap apa yang dipelajarinya.

Sistem pendidikan di Asia dan di Barat memang berbeda. Di Asia para pelajar belajar keras untuk memasuki universitas-universitas unggulan agar kemudian setelah lulus bisa bekerja di lembaga-lembaga yang bonafid. Sedangkan para pelajar di Barat mempelajari sesuatu di mana mereka bisa mengaktualisasikan dirinya walaupun tidak mendapat persetujuan dari keluarga besarnya.

Masyarakat Asia cenderung tertutup. Mereka amat menghargai mianzi atau wajah dalam kehidupan sosial mereka. Oleh karena itu, mereka amat menghargai penghargaan sosial dari masyarakat. Pakaian, mobil, dan gelar merupakan pencapaian yang mereka bangga-banggakan di kehidupan sosial. 

Orang Asia khususnya orang China takut kalah (kiasu). Mereka mengharapkan penghargaan atas prestasi sosial mereka di tengah-tengah masyarakat.

Sedangkan masyarakat Barat cenderung memperturutkan ego mereka masing-masing. Bagi mereka, independensi seseorang merupakan sesuatu yang harus dihargai. Mereka tidak terlalu berharap pada penghargaan kelompok sosial terhadap mereka. Struktur psikologis orang Asia dan orang Barat lain. Barat lebih menghargai kebebasan seseorang. Sedangkan masyarakat Asia cenderung menghargai ketundukan seseorang terhadap kelompok sosial yang lebih tinggi daripada mereka.

Pendeknya, orang Barat lebih otonom daripada orang Asia. Sedangkan orang Asia terikat pada komunitas yang lebih besar. Dan hal ini berpengaruh terhadap cara mereka memandang sesuatu. Ini tampak dari cara mereka memilih pasangan hidup, bisnis, organisasi, dan lain sebagainya. 

Mereka mengandalkan jaringan kekerabatan untuk menunjang kesuksesan dalam bisnis. Orang Asia sangat pandai dalam memanfaatkan jaringan untuk kepentingan mereka. Sukses seseorang tidak hanya dinilai dari kesuksesan individu saja, melainkan bersangkut paut dengan kolega mereka.

Kembali kepada gaya belajar, orang Asia akan belajar mati-matian untuk masuk perguruan tinggi yang bonafid. Sedangkan pelajar Barat akan melakukan hal yang berbeda untuk bisa masuk ke perguruan tinggi. Pelajar Barat lebih kreatif daripada pelajar di Asia. Mereka membuat prakarya dan aktivitas ilmiah untuk menunjukkan prestasi mereka kepada pihak universitas. Mereka membuat puisi dalam bahasa latin, membuat lup dan lain sebagainya. Jadi tidak selalu bertumpu pada nilai-nilai ujian.

Dalam pemilihan jurusan pun, para pelajar Asia akan memilih jurusan yang lulusannya laku di pasar tenaga kerja, seperti bisnis, ekonomi, hukum, teknik, dan ilmu komputer. Sedangkan para pelajar Barat lebih menyukai eksplorasi intelektual. Tak heran jurusan-jurusan seperti filsafat, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora juga menjadi pilihan mereka.

Orang-orang Barat lebih kreatif daripada orang-orang Asia. Mereka tidak ragu melakukaan eksplorasi intelektual daripada orang Asia. Sedangkan orang Asia cenderung mengikuti pakem. Mereka tidak berani mendobrak tatanan sosial. Sikap hormat dan ketundukan kepada orang atau tokoh yang lebih tua selalu dilakukan. Sedangkan orang Asia takut mengambil insiatif. Mereka takut dibuang dari masyarakatnya.

Para penemu di Barat melakukan semua itu. Mereka tidak takut terhadap norma yang ada di masyarakat. Mereka berani mengambil resiko untuk melakukan sesuatu yang baru.  Penemuan-penemuan yang mereka lakukan dihasilkan dari eksplorasi intelektual setelah melalui masa yang panjang. 

Sebut saja, Sigmund Freud, Alfred Wallace, Thomas Alva Edison, Alexander Graham Bell, Marconi, Albert Einstein, dan lain-lainnya. Sikap ingin terus belajar dan menemukan hal-hal baru ini yang tidak ada pada orang Asia. Orang Asia cenderung hanya meneruskan apa yang telah dilakukan di masa lampau.

Tidak hanya di bidang sains dan teknologi, di bidang seni pun banyak orang Barat yang berani berkreasi beda. Sebut saja Pablo Picasso, Vincent van Gogh, Leonardo da Vinci, Michealangelo, Rembrandt, Titian, Paul Cezzane, Beethoven, Mozart, dan lain sebagainya.

Agar bangsa-bangsa di Asia ingin terus maju maka tidak salahnya meniru gaya Barat. Generasi muda harus dididik dengan rasa ingin tahu yang besar dan berani mengeksplorasi hal-hal baru. Selama ini sistem pendidikan di Asia didasarkan pada hafalan, bukan pemahaman. 

Bahkan pada ilmu-ilmu eksakta sekalipun.  Latihan soal terus menerus diberikan kepada peserta didik tanpa mengeksplorasi potensi mereka. Siswa-siswi di Asia dibebani dengan banyak hafalan, latihan soal, dan ujian yan seolah tak ada habisnya.

Ada lelucon, jika Einstein bersekolah di Asia, mungkin ia tidak akan lulus ujian.  Di sekolahnya Einstein memang bukan anak yang paling pintar. Tapi ia mempunyai daya imajinasi yang kuat. Dia suka berkhayal bagaimana mengendarai cahaya. Dia membuat paper-paper ilmiah sejak masih muda. Einstein muda mempunyai imajinasi liar.

Seandainya Einstein lahir di Indonesia mungkin ia tidak akan menjadi penemu seperti itu. Berimajinasi tidak diajarkan di sekolah-sekolah kita. Sistem pendidikan di negara-negara Asia tidak mengajarkan peserta didiknya untuk berimajinasi. Sistem pendidikan di negara-negara Asia hanya mengajarkan menggunakan otak kiri. 

Sedangkan berimajinasi membutuhkan kemampuan otak kanan. Tak heran sekolah-sekolah di Asia banyak menghasilkan ahli-ahli fisika, matematika, dan kimia namun tidak menghasilkan para sastrawan, seniman, aktor-aktor film, dan lain sebagainya. 

Sekolah-sekolah di Asia amat lemah dalam menghasilkan siswa-siswa yang pandai dalam berkesenian. Sekolah-sekolah di Asia lebih banyak menghasilkan pekerja dan karyawan yang patuh pada pimpinan di tempat kerja.

Kesimpulannya orang Barat lebih kreatif daripada orang Asia. Perbedaan sistem budaya menyebabkan kondisi tersebut. Orang Barat telah dididik sejak kecil untuk menjadi kreatif. Sedangkan orang Asia cenderung takut pada perubahan. 

Sistem pendidikan di Asia menghasilkan anak-anak yang patuh kepada norma sosial yang berlaku di masyarakat namun tidak menyebabkan mereka menjadi otonom. Pelajar di Barat lebih independen daripada pelajar di Asia. 

Orang Asia tidak belajar karena passion tapi keharusan yang diwajibkan orang-tua atau masyarakat. Mereka belajar karena ingin meningkatkan status sosial.  Sedangkan pelajar di Barat memiliki ambisi yang besar dengan apa yang dipelajarinya.

Mengambil sisi positif dari Barat mungkin akan bermanfaat bagi orang-orang Asia. Perbedaan adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Nilai-nilai demokratis Barat dalam beberapa sisi akan bermanfaat bagi masyarakat non-Barat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun