Mohon tunggu...
Hanung Abdul Muqiit
Hanung Abdul Muqiit Mohon Tunggu... Seniman - Korean Drama and Javanese Culture Enthusiast

Penggemar drama korea dengan genre Komedi, Romansa, Slice Of Life dan Kehidupan Sekolah. Sekaligus pecinta budaya jawa: Wayang Kulit, Karawitan, Tari Jawa, dan lain sebagainya. Juga menggemari budaya pop lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghayati "Ladrang Santi Mulya" sebagai Simfoni Optimisme di Tengah Keprihatinan Pandemi

23 Juli 2021   19:58 Diperbarui: 23 Juli 2021   20:16 9068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah semestinya kita bosan mendengar kabar duka yang tersiar di status WhatsApp atau toa Masjid. Sudah selayaknya kita capek dengan keluh kesah warga yang menjerit mencari donor plasma, oksigen, dan kebutuhan isolasi mandiri. Sudah sewajarnya kita jenuh dengan percaturan publik mengenai politik yang makin hari membuat kita semakin jijik. Sudah sewajarnya kita bosan mendengar kabar duka.

Belakangan, penambahan kasus positif melonjak dan pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat dengan ketat. Hal ini membuat kegaduhan di lapangan maupun dunia digital. Media sosial penuh dengan luapan emosi masyarakat mulai dari tindakan aparat yang tidak humanis, seruan untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan rakyat, sampai ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah.

Semua itu mencerminkan keprihatinan kita sebagai warga negara Indonesia yang sedang berjuang bersama menghadapi pandemi COVID-19. Keputusasaan kita ini tidak akan berujung manis jika kita tidak membangun optimisme untuk bersama memenangkan perang dengan musuh yang tidak tampak ini. Optimisme ini akan membangun motivasi dan melahirkan solidaritas dalam masyarakat. Kebanyakan optimisme yang dibangun adalah menilik penanganan COVID di negara lain yang telah berhasil menekan laju penyebaran virus. Optimisme yang semacam ini hanya membuat iri dan semakin memprovokasinya untuk saling tuding untuk mencari siapa yang salah. 

Sebuah lagu tradisional mengingatkan saya dalam lamunan. Meskipun diciptakan berpuluh-puluh tahun yang lalu, syair lagu ini bila dihayati sangat terelevansi untuk membangun optimisme di tengah keprihatinan pandemi.

Ladrang Santi Mulya Laras Pelog Pathet Lima. Merupakan lagu karawitan jawa yang berbentuk ladrang. Diciptakan oleh maestro karawitan Ki Nartosabdo. Laras dan pathet yang digunakan adalah Laras Pelog Pathet Lima meskipun ada juga yang menyatakan/menyajikan dalam pathet nem. Pathet ini bagi saya pribadi merupakan pathet favorit saya dalam karawitan karena membawa suasana wibawa, agung, dan teguh. Berbeda dengan Pathet nem yang luwes atau pathet barang yang riang.

Lagu ini dalam penggunaannya sering disajikan secara individual ataupun beriringan dengan lagu lain dalam pementasan uyon uyon/klenengan karawitan. Dalam pentas pagelaran wayang kulit, lagu ini digunakan saat adegan Jengkar Kedhaton atau saat pertemuan kerajaan selesai dilakukan dan para petinggi kerajaan berangkat untuk mengeksekusi perintah raja.

Syair dalam lagu ini sebagai berikut:
Santi mulyo, santi mulyo
Luhur mulyaning negara
Indonesia pasthi jaya
Tarlen saking golonging sedyatama
Manunggal mrih santosa, cipta rasa budi karsa
Gumelare memayu hayuning bangsa
Basuki yuwana, sirna papa sangsaya
Sampurnaning bebrayangung Pancasila
Mangambar gandanya arum, Indonesia langgeng merdika.


Saya akan mencoba mengartikan serta menjabarkan penghayatan makna optimisme yang saya maksud di awal tulisan ini sesuai dengan pemahaman yang saya miliki.

Santi Mulya, Santi Mulya
Baris pertama sekaligus menjadi nama/judul dari lagu ini. Santi berarti pujian, doa, dan harapan (Sesanti), Mulya berarti mulia atau kemuliaan. Baris ini menyerukan doa keselamatan, dan tidak hanya sekali namun diulang dua kali yang menandakan keseriusan dan urgensi bait bait selanjutnya sampai syair ini selesai.

Luhur mulyaning negara, Indonesia pasthi jaya
Memiliki arti "keluhuran dan kemuliaan bagi negara, Indonesia pasi akan jaya/ menang". Inilah optimisme pertama yang tergaung dalam syair ini. Kita sebagai warga negara harus berpikir optimis di tengah keprihatinan pandemi dengan membangun harapan bagi seluruh Bangsa dan Negara Indonesia. Tidak mementingkan golongan tertentu atau bahkan mementingkan diri sendiri yang akhirnya jatuh pada sikap egoisme. Pola pikir optimisme bersama ini akan selanjutnya ditegaskan cara dan metodenya di baris berikutnya.

Tarlen saking golonging sedyatama
Memiliki arti "Tidak lain dari bersatunya tujuan dan kehendak bersama yang utama/baik". Inilah cara yang dimaksud untuk mencapai optimisme pada baris sebelumnya. Egoisme yang berorientasi pada golongan tertentu hanya membuat keprihatinan semakin miris. 

Seperti contohnya korupsi bansos di tahun lalu atau influencer yang mengabaikan prokes, mereka hanya menuruti ego pribadi serta mengabaikan tujuan bersama. Ketika kita diharuskan menaati prokes sudah selayaknya kita patuhi karena itu memiliki tujuan yang mulia dan baik. Tujuan bersama ini direalisasikan dengan cara setiap orang melakukan tugas dan fungsinya dengan baik.

Manunggal mrih sentosa cipta rasa budi karsa.
Memiliki arti "Bersatu agar kokoh dalam perasaan, tekad, dan tindakan." Ketika tujuan bersama sudah disatukan dan mendarah daging. Tercipta kesadaran kolektif mengenai suatu hal sehingga kita tidak fokus dengan hanya saling menyalahkan, saling menghujat, bahkan berebut otoritas. 

Ketika masing masing kita berfokus untuk melakukan apa yang menjadi tugas kita, sebagai masyarakat harus taat prokes dan tidak berkerumun, sebagai pemerintah harus memastikan koordinasi pelayanan publik yang baik, maka menjadi mudah bagi kita untuk melalui semua rintangan.

Gumelare memayu hayuning bangsa
Memiliki arti "terselenggaranya (persatuan) itu, memperindah suasana bagi bangsa". Ketika masyarakat sudah kondusif dan solid maka suasana akan indah. tidak ada keluh kesah karena semua saling peduli dan memperhatikan. Tidak ada perebutan karena semua tercukupi. Tidak ada kerisauan karena semua terpenuhi. 

Basuki Yuwana, sirna papa sangsaya
Memiliki arti "selamat sentosa, sirnanya kesedihan dan keprihatinan". Lepaslah semua keprihatinan saat semua telah bersatu termasuk pulihnya kembali ekonomi dan aktivitas sosial di masyarakat seperti semula. Hal inilah yang kita harapkan, bukan?

Sampurnaning bebrayan gung Pancasila
Memiliki arti "sempurnanya masyarakat besar Pancasila". Inilah cerminan Pancasila jika benar benar dihayati dan diamalkan secara menyeluruh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Adakalanya kita menuntut orang untuk menjadi Pancasilais namun lupa merefleksikan pada diri kita. Sejatinya Pancasila jika memang sudah benar-benar kita amalkan maka lingkungan sekitar kita juga akan mengikuti karena keteladanan itu sangat diperlukan.

Mangambar gandanya rum.
Memiliki arti "tersebar baunya harum". Ketika kondisi kondisi di atas sudah terealisasi maka negara lain pun akan melihat negara kita dengan penuh kekaguman. Saat ini kita lihat, negara lain banyak yang menutup akses bagi warga negara Indonesia untuk masuk ke negaranya. Hal ini disebabkan karena kita belum kompak dan bersatu melawan pandemi.

Indonesia langgeng mardika
Memiliki arti "Indonesia merdeka selamanya". Inilah optimisme dan penguatan bagi bangsa kita yang dikukuhkan di akhir syair. Tidak ada lagi pemikiran bahwa bangsa kita akan runtuh ataupun goyah hanya karena virus tak kasat mata. Kita hidup dalam kondisi merdeka dan akan selamanya merdeka.

Sekian ulasan saya mengenai lagu Ladrang Santi Mulya ini. Apabila ada hal yang kurang berkenan dalam tulisan saya mohon dimaafkan dan saya sangat terbuka terhadap kritik saran dari Anda. 

Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun