Mohon tunggu...
Hanter Siregar
Hanter Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Masih sebuah tanda tanya?

Mencintai kebijaksanaan, tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Ada Kesempatan, Setiap Orang Akan Menjadi Kapitalis

16 Juni 2020   20:35 Diperbarui: 16 Juni 2020   21:51 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: digital.library.pitt.edu via Wikipedia

Pas membersihkannya dengan mengunakan cangkul dan/atau peralatan lainnya. Anda bisa bayangkan airnya muncrat seketika ke mulutmu dan membasahi bibir lembutmu, lumpurnya pun turut serta bersumbangsih mengotori wajahmu.

Ditambah Anda menyadari, kotoran semua orang kampung itu menghiasi pintu masuk yang mengaliri sawah tersebut. Semua noda itu seakan menari-nari dan menyambutmu dengan gembira, persis di aliran air yang mengalir ke sawah tersebut. Jika Anda benar ada di posisi itu, bisa-bisa gak selera makan selama seminggu. Benar-benar pekerjaan yang menawarkan kejijikan. Iiiiih dasar... Pikirku, mencolek..

Entah mengapa, saat itu pikiranku malah bebas membawaku entah ke dunia mana. Akan tetapi yang jelas, saya terhanyut dalam angan-agan.
 
Jika kebetulan saat itu Anda berada pada posisi itu, masih mudah, dan lumajang. Saya nyakin, seketika Anda juga akan terhempas oleh angan-angan. Dalam dunia imajinasi itu, cita-cinta akan mengembara sedemikian hebat, ia akan mengguncang hati, pikiran dan jiwamu. Rayuannya yang penuh hasrat, akan membuat Anda terawang-awang dalam pelukannya.

Kemudian saat Anda tersadar dengan mulut rasa yang tak terkatakan dan wajah yang menjijikkan, serta aroma bau lumpur yang menyengat. Jika seketika itu  juga aku berada persis di hadapanmu dan bertanya, Anda mau memilih seperti ini atau menjadi seorang kapitalis? Saya kira jawabanmu persis seperti yang saya duga. Ya setidaknya, menghindari menjadi seorang petani. Wkwkwkw.. Hidup ini realistis bro! Tapi sayang waktu belum memberikan keberuntungan.
 
Tapi, bukankah petani itu pekerjaan yang mulia? Separuh masyarakat mengakui bahwa petani dikatakan sebagai pekerjaan yang mulia. Busset daah.. Itu pernyataan saya kira omong kosong. Ya, tak sepenuhnya benar sih dan tak bisa juga disalahkan.

Menurutku, itu kata-kata tidak lahir dari para petani dan mereka tidak mengakui yang dimaksudnya. Saya kira, kalaupun bisa menghindar, yakin mereka akan menghindar. Kata-kata itu lahir dari orang yang bukan petani, bermaksud semata-mata hanya untuk menyemangati para petani belaka.

Tak percaya! Coba aja suruh mereka yang berkata demikian bertani, saya nyakin kebanyakan dari mereka tidak akan mau. Kalaupun mau,  ya setidaknya karena lahannya disediakan. Maklum, masyarakat suka yang serba gratisan.

Namun pada akhirnya, saya menulis demikian bukan bermaksud menjadi seorang kapitalis. Setidaknya hanya memberikan pemahaman yang mencoba menawarkan keseimbangan. Ya, para kapitalis jangan dihujat sepenuhnya, dikritisi habis-habisan. Nyatanya hidup kita jauh lebih ambruk (buruk).

Tulisan ini telah dimuat di piramida.id

sumber: digital.library.pitt.edu via Wikipedia
sumber: digital.library.pitt.edu via Wikipedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun