Mohon tunggu...
Hanter Siregar
Hanter Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Masih sebuah tanda tanya?

Mencintai kebijaksanaan, tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Ada Kesempatan, Setiap Orang Akan Menjadi Kapitalis

16 Juni 2020   20:35 Diperbarui: 16 Juni 2020   21:51 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: digital.library.pitt.edu via Wikipedia

Mengapa bisa begitu? Dunia ini berputar bung, seperti kata pepatah "roda kehidupan ini akan berputar". Lalu bagaimana kita supaya mendapatkan kesempatan dan posisi yang bagus. Bekerjalah dengan bijak, gunakan setiap kesempatan sebaik mungkin, jangan pernah takut gagal dan teruslah berjuang. Saya kira itu kata kuncinya.

Lalu orang menjadi kapitalis, kok bisa? Manusia makan dari tanah, tapi tanah tak bisa dimakan. Manusia agar dapat memakan tanah, butuh sesuatu yang dapat mengolahnya menjadi makanan yang cepat saji.

Perusahaan yang dapat mengolahnya tersebut adalah padi dan jenis tanaman lainnya. Sebagai contoh; tanaman padilah yang menyerap zat-zat pada tanah dan memproses menjadi makanan manusia. Itu artinya keseluruhan adalah bagian dari ekosistem dari hidup itu sendiri, mustahil dapat dipisahkan.

Pun dengan kapitalisme, mereka hanya mendapat kesempatan yang jauh lebih bagus dari Anda dan saya, semua semata-mata karena kerja keras dan usahanya dalam mencapai posisi yang baik dalam hidup ini. Ditambah keberuntungan berpihak pada mereka.

Para kapitalis memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat, pemerintah, negara dan bahkan dunia. Mereka sudah terlanjur berperan penting dalam menentukan jalan hidup ini atau bagian penting dari ekosistem ekonomi kehidupan manusia di muka bumi ini.

Jikalau pun mereka sedikit kejam dalam meraup untung, semata-mata mereka hanya ingin menunjukkan bahwa hidup ini sungguh keras dan kejam. Pun mereka dalam mengapai pada posisi saat itu, butuh kerja keras, usaha, tekat dan perjuangan yang tanpa henti.

Sedikit bercerita tentang pengalaman penulis. Sore itu, saya kerja di sawah. Tepat menjelang malam minggu. Sawah tersebut terletak di dekat perkampungan, di himpit oleh dua kampung yang berbeda, di sebelah kiri dan kanan.

Air dari sawah itu mengalir dari parit, yang adalah air sebagian besar dari hasil pembuangan kamar mandi di setiap rumah di kampung itu. Entah itu hasil nyuci kain, piring, atapun hasil permandian sekujur tubuh, dan yang lebih ngeri lagi! Air hasil pembuangan limbah (BAB) masyarakat di kampung itu semua.

Maklum orang kampung, sebagian masyarakat buang air besar kebanyakan masih di parit persis di belakang rumahnya atau di sungai terdekat. Kalau pun di WC, tetap pembuangannya dialiri ke parit.

Nyatanya, tau gak? Tak dipungkiri air di parit itu juga yang dimanfaatkan para petani dalam mengaliri setiap sawahnya. Perlu Anda bayangkan, di setiap pangkalan air dari parit yang mengalir langsung ke sawah itu, kadang menggumpal kotoran dari hasil pembuangan limbah masyarakat itu sendiri.

Tak terhindarkan sekaligus disyukuri juga sih. Hehehe... bagaimana kalau gak ada sama sekali sawah yang mau dikerjakan. Kebetulan sawah itu adalah kepunyaanmu atau milikmu, dan merupakan harta dari warisan nenek moyang Anda. Suatu saat Anda membersihkan untuk ditanami kembali padi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun