Mohon tunggu...
Hansel Wijaya
Hansel Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Writing for Hobby

Highly motivated to continuosly learn and improve my knowledge of the world of business through the implementation of my leadership, communication, and organizational skills in a professional work environment.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tiga Pilar Pembangunan SDM Indonesia: Pendidilan, Teknologi, dan Bisnis

13 Desember 2019   20:25 Diperbarui: 13 Desember 2019   20:29 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.york.ac.uk

Perguruan Tinggi Sebagai Inkubator SDM Masa Depan

    Ketika pelajar sampai pada masa perguruan tinggi, biasanya yang mereka pikirkan hanya masa depan mereka (walaupun tetap banyak yang masuk ke perguruan tinggi hanya dengan maksud meraih gelar). Masa depan yang abstrak tersebut biasanya disederhanakan menjadi pasangan hidup, karir dan pekerjaan, dan skripsi. Perlu disadari bahwa memang kehidupan di perguruan tinggilah yang nantinya akan menentukan individu tersebut di masa dewasanya. SDM Indonesia dibentuk secara lebih prima di tahap ini. Mahasiswa sudah berkali-kali membuktikan nilai mereka dalam sejarah Indonesia dan perjuangan tersebut tentunya masih berlanjut, apalagi di masa yang sangat kompetitif ini. Yang pertama akan dibahas ialah mengenai pasangan hidup. Mahasiswa tentu harus dapat memprioritaskan tujuan pendidikan mereka. Tidak sedikit mahasiswa yang belum menyelesaikan studinya, tapi harus diganggu dengan adanya anak yang dihasilkan dari hubungan di luar nikah. Hal ini akan mengganggu proses pendidikan tentunya. Oleh karena itu perlu ditegaskan kembali bahwa walaupun pendidikan di perguruan tinggi dan proses pencarian pasangan hidup dapat dilakukan secara bersamaan, banyak yang masih tidak dapat memprioritaskannya dalam hidup mereka.

    Kedua adalah karir dan pekerjaan. Mahasiswa harus sudah dapat menyadari pekerjaan ataupun karir apa yang akan ditempuhnya nanti. Di tahap ini, mahasiswa harus sudah dapat menyadari modal apa saja yang sudah dikembangkan, dimiliki, dan didapat olehnya untuk pekerjaan dan minatnya nanti. Modal tersebut dikonversikan menjadi nilai lebih di saat ia bekerja nanti, dari sanalah seseorang mendapatkan timbal baliknya dalam bentuk uang. Dengan pemaknaan tersebut, mahasiswa seharusnya menjadi sadar akan modal mana saja yang perlu Ia investasikan untuk masa depannya, bukan menjadi sarjana yang menganggur.

    Yang ketiga adalah skripsi. Skripsi merupakan bentuk kontribusi seorang mahasiswa kepada dunia akademisi dan masyarakat untuk membuktikan bahwa memang Ia layak mendapatkan gelar sarjananya. Pada dasarnya skripsi adalah sebuah riset. Untuk menyelesaikan suatu skripsi dibutuhkan dedikasi, konsistensi, kesadaran, keterbukaan, manajemen waktu, pikiran, tenaga, dan mental yang besar. Mahasiswa perlu membuang mindset bahwa skripsi adalah syarat sulit untuk mendapatkan gelar, sebuah formalitas, sebuah rintangan yang tidak bermakna. Sebaliknya, makna mulia dibalik skripsi perlu dijadikan landasan pokok ketika menulis karya tersebut. Mahasiswa terus merasa ingin memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, apabila disadari, skripsi tersebut lah yang akan menjadi modal yang diberikan oleh mahasiswa kepada masyarakat. Sebagai contoh, apabila suatu wilayah sedang kebingungan apa yang menyebabkan para anak mudanya menganggur, hal itu dapat dijawab oleh riset yang dihasilkan dalam bentuk skripsi oleh mahasiswa suatu perguruan tinggi untuk dijadikan bahan pertimbangan pemerintah maupun pihak swasta setempat untuk menanggapi fenomena tersebut. Dengan demikian mahasiswa dapat menghargai skripsi secara lebih dan belajar untuk menghormati para dosen yang membimbing mereka menyelesaikan karya tersebut.

    Ada hal lain yang perlu diingat dari perguruan tinggi sebagai inkubator sebelum mahasiswa terjun ke masyarakat menjadi SDM yang produktif bagi negaranya. Hal itu adalah setiap mahasiswa perlu mengetahui bahwa perguruan tinggi dan status mahasiswa adalah safety net atau jaring-jaring pengaman terakhir untuk mencoba semua hal sebelum mereka nantinya akan jatuh bebas ke masyarakat dewasa. Di sanalah mahasiswa harus mencoba setiap pekerjaan, setiap peluang, setiap kegiatan, tanpa takut untuk gagal. Mungkin memang banyak siswa yang lulus dari sekolahnya dengan rasa penuh kebingungan, rasa tidak memiliki tujuan. Oleh karena itu untuk menanggapi hal tersebut, mahasiswa dapat mengeksplorasi minat dan bakatnya di perguruan tinggi sehingga lebih terarah ke mana Ia akan berkarya di masa depannya.

    Kuliah harus menjadi suatu keharusan, bukan karena formalitas untuk mendapatkan gelar dan pekerjaan, tetapi sebagai inkubator akhir yang akan menentukan seorang warga negara dan SDM negara yang produktif dan unggul. Era globalisasi telah menyebabkan peningkatan kompetisi antarnegara dan Indonesia tidak luput dari kompetisi tersebut. Sebelum kita dapat bersaing langsung, mahasiswalah yang pertama harus membuktikan nilainya di hadapan perguruan tinggi, masyarakat, dan negara sebelum dapat terjun langsung ke persaingan global setelah lulus.

  1. Pilar Teknologi

Internet dan Digital Revolution: Penguasaan Teknologi Sebagai Katalis Perubahan

    Setelah membahas institusi pendidikan, yang selanjutkan akan dibahas ialah perubahan teknologi dan dampaknya kepada SDM. Sejak diciptakannya internet, dunia telah berubah secara drastis dan tidak pernah ada perubahan yang lebih revolusioner di masa modern ini. Negara yang memiliki banyak informasi dan teknologi dapat memiliki keunggulan atas negara lainnya yang kurang memiliki informasi tersebut. Hal ini telah dibuktikan selama 400 tahun terakhir dengan keunggulan informasi dan teknologi yang dimiliki Bangsa Barat yang dapat mendominasi tatanan dunia pada masa itu. Namun sekarang, kenyataan tersebut telah berubah secara radikal. 

Kini informasi sangat mudah diakses dan internet telah menghilangkan batas-batas informasi. Informasi kini dapat dengan mudah tersebar dan dengan hilangnya batas tersebut, banyak keuntungan yang dapat diambil dari kemajuan teknologi tersebut. Untuk pendidikan, pelajar kini dapat dengan mudah mempelajari berbagai macam hal dari website-website seperti Wikipedia dan juga bahkan penjelasan dari Youtube. Bahkan untuk Amerika Serikat, Eropa, dan India,Youtube sebagai media pembelajaran sangat didukung oleh berbagai macam kalangan. Video yang berisikan penjelasan mengenai suatu konsep, yang penuh dengan bantuan visual dan berdurasi tidak lebih dari 10 menit, sangat diminati oleh pelajar yang penasaran dan ingin mempelajari konsep tersebut alih-alih mendengarkan penjelasan yang membosankan dari gurunya. Hal ini juga menguntungkan bagi pelajar Indonesia. Keterbukaan informasi pada masa ini menyebabkan pelajar Indonesia untuk dapat memiliki akses yang sama dengan pelajar-pelajar asing tersebut. Guru dan orang tua harus dengan bijak mengawasi para pelajar ketika menggunakan internet sebagai media pembelajaran tentunya. Pelajar dapat mendalami dan mempelajari hal yang dapat membahayakan dirinya di internet, seperti ideologi-ideologi radikal, pemasaran korporat yang menyebabkan konsumerisme, dan hoax. Oleh sebab itu diperlukan kemampuan berpikir kritis terlebih dahulu, dilatih sejak usia muda, agar para pelajar dapat melakukan proses penyaringan informasi di internet sehingga tidak menerima berbagai macam informasi dengan mentah-mentah.

Bagi mahasiswa internet dan teknologi digital juga sangat membantu masa perkuliahan mereka. Pada masa sebelum adanya internet dan smartphone, mahasiswa harus mencari dokumen riset secara fisik dan juga mencari buku-buku yang mungkin tidak diterbitkan di Indonesia untuk menyelesaikan riset dan skripsi mereka. Berjam-jam dan berhari-hari dihabiskan hanya dalam proses mencari dokumen di perpustakaan dan arsip-arsip lainnya. Kini, dengan digitalisasi dokumen dan buku, serta publikasi riset yang mudah diakses di internet, mahasiswa dapat dengan mudah mendownload dan membaca karya tersebut dalam hitungan menit. Mereka juga dapat dengan mudah mengontak dosen mereka dan ahli-ahli lainnya lewat aplikasi smartphone mereka. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi mahasiswa untuk gagal, tidak ada lagi alasan untuk sulit menulis skripsi, dan tidak ada lagi alasan kurangnya bantuan, sebab dengan adanya internet dan teknologi digital, mahasiswa masa kini sudah mengalami masa termudah untuk menggali informasi dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Perguruan tinggi juga mendukung perubahan tersebut dan mereka pun sadar bahwa justru mahasiswa harusnya dapat memberikan output yang lebih berkualitas dengan adanya kemudahan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun