Mohon tunggu...
Hans Baihaqi
Hans Baihaqi Mohon Tunggu... -

Saya Hans Baihaqi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar "Marketing" ala Xiaomi

14 Januari 2015   00:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:13 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan Xiaomi, produsen smartphone asal negeri tirai bambu yang sedang menjadi buah bibir. Tidak ada yang menyangka bahwa perusahaan yang didirikan pada Juni 2010 itu kini dapat menembus posisi 3 besar pasar smartphone dunia. 4 tahun merupakan waktu yang sangat singkat untuk meraih semua itu dibandingkan para pesaingnya, sebut saja samsung dan iphone yang membutuhkan waktu yang lama. Keberhasilan Xiaomi tidak lepas dari strategi marketingnya yang berbeda "saya menyebutnya mampu beradaptasi kondisi saat ini".

Berbeda dengan vendor-vendor besar ataupun lokal, strategi marketing xiaomi langsung beradaptasi dengan pola pemasaran yang diinginkan oleh konsumen. Di era new wave marketing ini, pola marketing bergeser dari horizontal menjadi vertikal, artinya customer memiliki power untuk menentukan kebutuhan mereka. Perubahan yang dapat disimpulkan dari makan ga makan asal kumpul menjadi makan ga makan asal ngenet. Poin inilah yang diambil oleh Lei Jun, pendiri serta CEO dari  Xiaomi.

Lei Jun menciptakan produk-produk xiaomi dengan memerhatikan beberapa hal berikut:

1. Harga murah tetapi memiliki spesifikasi yang tidak murahan.

2. Antar muka MIUI yang menarik, simple, elegan, dan mudah digunakan.

3. Update firmware secara berkala

Seperti dikatakan sebelumnya, xiaomi memanfaatkan adanya new wave marketing. Xiaomi tidak mengeluarkan uangnya untuk beriklan, itulah yang menyebabkan harga dari produk xiaomi lebih murah dibandingkan kompetitornya. Strategi penjualannya melalui online, sekali lagi ini juga yang membuat harga produk xiaomi lebih murah. Namun, jika kita melihatnya di Indonesia, xiaomi melakukan 2 strategi penjualan. penjualan melalui toko online, yaitu lazada dan toko offline yaitu erafone. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia belum sepenuhnya percaya terhadap toko online. Harga yang ditawarkan xiaomi lebih murah pada toko online.

Selain harga yang ditawarkan lebih murah pada toko online, xiaomi pun secara terbatas memproduksi smartphonenya (membatasi penjualan). qo terbatas? kan penjualannya bagus? ya, hal ini sengaja dilakukan untuk mempermainkan curiosity customernya, sehingga begitu produk terbarunya dijual, para customer akan langsung memburu produk baru tersebut. Menurut Kartajaya H (2014), Curiosity atau rasa penasaran terjadi karena adanya gap antara apa yang sekarang sudah diketahui dengan apa yang ingin diketahui, dan rasa ini harus segera dipuaskan. Jika seseorang yang sedang penasaran ditambahkan informasi sedikit demi sedikit, maka curiositinya juga akan naik. Sampai di suatu titik. Perlu diingat, kita harus memastikan batas waktu memainkan curiosity ini. Jika terlalu lama, customer akan bosan dan beralih ke produk lain. Jika terlalu cepat, rasa curiosity malah belum muncul. Dengan adanya pembatasan penjualan ini, tidak hanya curiosity yang timbul, tetapi juga xiaomi mengeksklusifkan para customernya.

Strategi ini akan menimbulkan rasa bangga memiliki produk xiaomi dan customer yang sudah memiliki xiaomi akan mempromosikannnya kepada keluarga, teman, pacar, grup FB, komunitas, dan lain-lain. Menurut Kartajaya H (2014), keberhasilan dari strategi pemasaran adalah bagaimana seorang pembeli akan mempromosikan produk yang dibelinya. Strategi marketing yang sangat murah bukan? yups, tentunya hal ini tidak mudah dilakukan.

Customer akan melakukan promosi apabila telah merasakan efek WOW. Efek Wow pertama produk xiaomi adalah harga murah tetapi tidak murahan. Xiaomi menawarkan spesifikasi smartphone yang hebat dengan harga termurah dikelasnya. Efek WOW kedua adalah xiaomi menawarkan interface MIUI. MIUI adalah interface pengembangan dari android, sehingga customer yang menggunakan merasakan kenyamanan, kemudahan, tidak lemot dalam penggunaannya. Efek ketiga adalah kepedulian xiaomi terhadap customernya dengan memberikan update berkala untuk firmwarenya. Efek WOW yang keempat adalah adanya eksklusifitas, seperti dijelaskan sebelumnya. Efek WOW yang terakhir adalah adanya kolom kritik dan masukan di website xiaomi untuk customernya. Xiaomi selalu menanggapi serius setiap kritik dan masukan yang diberikan dan melakukan feedback ke customernya.

Strategi marketing unik yang diterapkan xiaomi membuat xiaomi berjaya pada tahun 2014 lalu, Bagaimana dengan 2015? strategi bagaimanakah yang akan diterapkan oleh Xiaomi? Strategi yang layak ditunggu, dan wow apa saja yang akan diciptakan untuk customernya? kita lihat saja..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun