Mohon tunggu...
Hans Steve
Hans Steve Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya sangat simple, kritis, dan cuek.. tidak takut dibenci untuk mengungkapkan sesuatu yang benar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pikiran yang Terkontaminasi

12 Februari 2016   06:23 Diperbarui: 12 Februari 2016   07:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Photo By : Hans Steve dengan referensi berbagai sumber"][/caption]Di zaman informasi melalui internet membuat isu beredar dengan cepat, dan mudah untuk di akses tanpa ada batasan waktu dan ruang, yang penting ada sambungan internet dan tidak diblokir oleh pihak tertentu, maka sudah bisa mengakses isu atau trending topik yang beredar saat ini. maka tidak aneh ketika ada aksi-aksi diluar nalar manusia yang terjadi di sekitar kita, kerena dalam peredaran informasi yang cepat sulit untuk membedakan mana yang pantas dan tidak pantas untuk diimplementasikan ataupun diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena kita yang melihat, kita juga yang akan menilai sendiri.

Disinilah orang-orang yang mudah dihasut setan mulai beraksi, dengan memanfaatkan internet menyebarkan isu yang salah dan dibuat seolah-olah benar, yang bertentangan dengan moral namun dibuat seolah-olah beretika, sehingga di saat ada orang yang cara kerja otaknya cetek, yang pahamnya dikit tapi soknya selangit itu pun bisa dengan ayat-ayat suci, ayat-ayat yang dicopy paste entah dari mana, ataupun ayat ayat yang sembarang disambung-sambung yang sebenarnya tidak sambung, ditambah dengan data ilmiah para pakar yang turut mendukung percepatan penyebaran isu tersebut dan dibuat seolah-olah sudah mengerti secara mendalam terhadap isu yang dibahas. Sehingga, lama-lama isu yang  sebenarnya salah pun bisa menjadi isu yang benar dan layak. Nah disinilah suatu propaganda bekerja, ibarat tarzan, bayi yang dibesarkan diantara para golira atau sebangsanya, tingkahnya pun seperti golira, demikian juga propaganda terhadap suatu isu, sesuatu yang salah yang ditempatkan disekitar kebenaran sehingga isu yang salah pun menjadi kebenaran

Disinilah seharusnya Hukum Agama berfungsi untuk menangkisnya, kalimat-kalimat suci yang berisi lengkap tentang aturan main seharusnya dijadikan dasar untuk melihat isu mana yang benar dan mana yang salah, namun kenyataannya kalimat suci justru kadang dipergunakan untuk membenarkan isu yang salah dengan cara menyambung ayat A dengan ayat B yang kontexnya beda untuk membenarkan isu AB, atau kadang dianggap kolot atau ketinggalan zaman jika tidak sesuai dengan isu yang beredar, belum lagi jika ada pemuka/pemimpin agama ikut membenarnya isu salah yang beredar. Alih-alih ingin mengikuti perkembangan zaman justru membawa kita pada jalur sesat, dan menjauh dari Hukum-Hukum Agama yang ada yang diturunkan untuk mengatur kita untuk tetap berada pada jalur yang sudah ditentukanNya.

Sebagai contoh propaganda yang sudah ramai beredar, Global Warming atau Pemanasan Global, hoax yang disusun secara sistematis, dan dikemas oleh orang-orang kaya bertaraf International dan menekan para ilmuan yang membutuhkan dana dari kekayaannya untuk meneliti, sehingga isu Global Warming pun meroket tajam dan ramai-ramai menyetujui.

Contoh isu lain seperti propaganda LGBT, SEKS BEBAS, NARKOBA, DAN RADIKALISME serta teori evolusi yang mengatakan manusia berasal dari monyet/simpanse, pun tidak lepas dari cara kerja yang sama. Memang susah kalau sudah berkaitan dengan nalar berpikir, karena dengan isu yang sesat yang disusun sedemikian rupa dan sistematis dalam membentuk opini yang seolah-olah benar sehingga otak pun begitu mudah terkontminasi. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemahaman yang benar terhadap Hukum Agama yang sudah disediakan untuk mengatur kita.

Santai sejenak, kalau Global Warming itu hoax,

Apakah tidak perlu lagi melestarikan lingkungan?

Tidak perlu lagi mencabut charger setelah selesai charge?

Boleh menebang pohon seenaknya?

Boleh pakai kertas seenaknya?

Secangkir Teh Hangat berpikir sejenak, sudah jelas Agama mengajarkan kita untuk merawat dan mengelola lingkungan tempat kita berpijak. Tapi bukan karena takut harus tinggal di rumah apung dengan membangun rumah di atas laut akibat mencairnya gunung ES di kutub akibat Global Warming, sebaliknya karena cinta bumi dan ingin membuat bumi tetap nyaman untuk dihuni.

Syalom....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun