Mohon tunggu...
Hans Shafa Aqillah Az Zahra
Hans Shafa Aqillah Az Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Masiswi Prodi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Negara Unggul Asia: China, Jepang, dan Korea Selatan, Siapa yang Paling Unggul Hadapi Covid-19?

7 Mei 2021   22:26 Diperbarui: 7 Mei 2021   22:30 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hingga saat ini, dunia masih disibukkan dengn upaya untuk menghadapi suatu wabah yang cukup mengguncang berbagai tatanan dunia yaitu COVID-19. Terhitung sudah lebih dari satu tahun sejak ditetapkannya status COVID-19 sebagai epidemi atau pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh WHO, tercatat setidaknya terdapat 156 juta kasus COVID-19 di dunia dan lebih dari 3 juta orang meninggal disebabkan oleh COVID-19  (WORLDOMETER, 2021). Angka tersebut menunjukan ketidak siapan dunia dalam menghadapi pandemi global yang terjadi secara tiba-tiba, bahkan negara adi kuasa seperti Amerika Serikat juga dibuat kewalahan oleh adanya wabah ini. Oleh karena itu, diperlukan segala upaya dan kebijakan yang tepat guna mangatasi pandemi global ini.

Pandemi global ini berawal pada akhir tahun 2019, dimana dunia degegerkan dengan penyebaran suatu wabah penyakit menular yang tejadi secara massif di Wuhan, provinsi Hubei, China. Wabah penyakit tersebut kemuduan diketahui sebagai coronaviruses (CoV) yang mana merupakan suatu virus peyebab berbagai penyakit mulai dari yang ringan seperti flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV). Lebih lanjut, wabah coronaviruses (CoV) yang muncul pada tahun 2019 ini diketahui sebagai coronaviruses (CoV) jenis baru dimana sebelumnya belum pernah menular kepada manusia dan akhirnya dikenal dengan sebutan COVID-19.

Gejala yang dirasakan pasien COVID-19 sendiri mirip dengan gejala yang dirasakan oleh pasien pneumonia dimana penderitanya mengalami serangkaian gejala menyerupai flu seperti batuk, sesak napas, letih, demam, dan menurunnya nafsu makan. COVID-19 ini dapat berkembang dengan sangat cepat dan dapat memunculkan infeksi lebih parah terutama bagi penderita yang memiliki riwayat masalah kesehatan seperti kanker, diabetes, penyakit kardiovaskular, dan penyakit pernapasan bila tidak segera ditangani dapat berakibat fatal bahkan kematian  (World Health Organization, 2020). World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa penyebaran virus ini dapat menular dengan sangat cepat melalui tiga cara, yaitu: melalui droplet yang ter-transfer pada saat seseorang bersin, batuk, bahkan berbicara; penyebaran melalui partikel-partikel kecil yang melayang di udara; dan penyebaran virus melalui permukaan yang telah terkontaminasi  (Alam, 2020).

Oleh karena penyebarannya yang sangat cepat, wabah COVID-19 pun dengan mudah menyebar hampir ke seluruh negara di dunia. Dampak yang disebabkan oleh COVID-19 sendiri tidak hanya dirasakan di satu aspek melainkan hampir di seluruh aspek kehidupan, hingga ke aspek yang paling vital yaitu ekonomi dan politik. Wabah COVID-19 ini dapat dikategorikan sebagai suatu ancaman bagi human security yang digolongkan lagi sebagai ancaman bagi keamanan kesehatan (healthy security). Healthy security sendiri berfokus kepada ancaman yang berkaitan dengan penyakit menular berbahaya, malnutrisi, kurangnya sanitasi, dan lainnya  (Sari, 2020). Oleh karena itu, pandemi ini mejadi sesuatu yang tidak bisa diremehkan begitu saja.

Negara di Asia Timur lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan juga tidak luput dari wabah COVID-19 yang mana berasal dari negara tetangga mereka sendiri, yaitu China. Ketiga negara tersebut pun sering kali menjadi pusat perhatian dunia dimana perkembangan ekonomi mereka yang tegolong sangat cepat sehingga dianggap sebagai tiga negara pemimpin Asia. Begitu pun dengan kebijakan mereka dalam menghadapi pendemi juga dinilai sangat baik. China, Jepang, dan Korea Selatan termasuk sebagai negara yang terbilang sukses dalam menangani kasus COVID-19 dan terbukti dapat menekan persebaran virus dan tingginya presentase sembuh pasien COVID-19. Lantas, dari ketiga negara tersebut, negara manakah yang dirasa paling baik dalam menangani pandemi global COVID-19?

Cara China tangani COVID-19

China, sebagai tempat pertama kali ditemukannya kasus COVID-19 juga sempat kewalahan dalam menghadapi persebaran wabah yang terjadi di ibu kota provinsi Hubei, Wuhan.  Kurang lebih satu bulan setelah melonjaknya kasus COVID-19 di China, hampir seluruh aktivitas masyarakat terpaksa diberhentikan sebagai salah satu upaya menghentikan penyebaran virus lebih lanjut.

Menurut WHO  (dikutip dari Sari, 2020), secara umum terdapat tiga tahapan upaya yang dilakukan oleh China dalam menangani persebaran COVID-19.

Tahap pertama: isolasi mandiri sebagai upaya pertama dalam mencagah persebaran wabah. Strategi ini difokuskan sebagai pencegahan penyebaran virus ke luar. Hal ini diikuti dengan penutupan pasar dan usaha guna mengidentifikasi sumber virus yang sebelumnya diprediksi berasal dari satwa tertentu. Pemerintah China juga dengan tegas memerintahkan lockdown di kota Wuhan pada akhir Januari 2020, yang kemudian disusul oleh seluruh wilayah di provinsi Hubei selama tiga bulan sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus lebih luas.

Tahap kedua: mobilisasi massa yang dilakukan untuk mengurangi memperlambat peningkatan jumlah kasus di kota Wuhan dan daerah sekitar. Pemerintah China mengerahkan sejumlah besar sumber daya, puluhan ribu staf medis, peralatan medis, relawan, militer dan pekerja konstruksi ke Wuhan dan Hubei untuk secara intensif mengobati pasien, meminimalisir angka kematian, dan mencegah penyebaran virus. Selain itu, pemerintah China juga menjamin pemenuhan logistik mulai dari pemenuhan alat pelindung diri (APD), pemenuhan alat uji laboratorium, serta pembangunan laboratorium dan rumah sakit di wilayah tersebarnya pandemi.

Tahap ketiga: penggunaan teknologi sebagai alat bantu kontrol epidemi. Pemerintah China memanfaatkan mengaplikasikan teknologi baru seperti, kecerdasan buatan (AI) dan penggunaan data besar untuk memperkuat tracking kasus, memberikan informasi satu arah, serta memantau riwayat aktivitas dan kesehatan warganya. Penggunaan teknologi ini memainkan peran yang cukup besar dalam upaya penanganan penyebaran Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun