Iman dan rasio adalah suatu kajian yang selalu menarik bagi masyakat modern. Â Metode ilmiah yang berdasarkan data, hipotesa, dan kesimpulan logis, sementara iman selalu berkonotasi "percaya saja". Â Hal ini membawa kepada suatu pertanyaan umum semua orang yang percaya adanya Tuhan (kaum teis), "Apakah Tuhan itu Logis?" Â Konsekuensi dari jawaban akan pertanyaan ini sangat luas dan mempengaruhi worldview atau cara pandang kita.
Apabila jawabannya adalah TIDAK. Â Sebagai kaum teis, saya merasakan keanehan yang luar biasa. Â Kalau Tuhan tidak logis, terus berarti Tuhan itu bodoh. Â Bisa di bunuh semua orang beragama kalau saya bilang Tuhan itu bodoh.Apabila jawabannya itu YA. Â Kaum teis biasanya mengandalkan wahyu dan iman dan selalu berargumen bahwa akal budi dan rasio itu dibawah iman. Â Sangat kontrodiksi satu dengan yang lain.
Ketika merenungkan hal ini, saya menemukan bahwa logis itu berbeda dengan mutlak. Â Tuhan itu mutlak, sang causa prima. Â Dia yang absolut. Â Jadi tidak bisa dibantah, dan tidak perlu dibantah. Â Apapun yang Dia kerjakan adalah logis dan nalar, itu harus kita terima dengan iman.
Dari iman inilah kita membangun "logika Tuhan". Â Jadi memang ada logika Tuhan yang kadang berbeda dengan logika manusia. Â Disinilah letak tensi dan ketegangan dalam beragama. Â Belum lagi ketegangan antar umat beragama. Â Kekosongan antara logika manusia dan logika Tuhan inilah yang diisi dengan HUMANISME.
Artinya seperti ini. Â Dalam kita mencari logika Tuhan sesuai iman kita, maka kita harus memperhatikan MANUSIA. Â Karena Tuhan yang menciptakan manusia sebagai makhluk tertinggi dan berakal budi.
Tidak akan pernah ada "Konferensi Monyet Indonesia" ataupun "Dialog Perdamaian antara Tikus dan Kucing", karena binatang-binatang ini tidak berakal budi seperti kita.
Apabila kita menghilangkan faktor MANUSIA, maka terperosoklah kita ke radikalisme agama yang dangkal. Sebagai contoh, "Membunuh" adalah tindakan yang pasti menyakiti manusia lain. Â Di suku mana pun, di kelompok manapun apabila ada orang yang terbunuh, kita akan menangis. Â Ketika dengan alasan "Tuhan yang suruh" kemudian kita membunuh orang lain, maka kita melupakan faktor MANUSIA dalam pencarian kita akan logika Tuhan. Â Kita menjadi tidak logis, alias kata kita menjadi manusia-manusia bodoh yang menjadi budak kepercayaan yang salah.
Jadi kesimpulannya, Tuhan itu logis. Â Tapi pikiran kita belum sampai kepada pikiran Tuhan. Â Sebab itu harus ada perubahan pikiran yang dilandasi iman kepada Tuhan untuk mengerti pikiran dan kelogisan Tuhan. Dalam proses perubahan pikiran itu, MANUSIA adalah faktor utama untuk mengerti pikiran Tuhan. Â Tuhan itu maha baik, tidak mungkin Dia memiliki rencana untuk mencelakakan manusia yang diciptakanNya dalam kasih sayang.
Pendekar Solo