Mohon tunggu...
Hanna Puturuhu
Hanna Puturuhu Mohon Tunggu... Mahasiswa - life is tough so are you

19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran UNICEF di Masa Pandemi bagi Anak di Indonesia

19 Januari 2022   15:50 Diperbarui: 19 Januari 2022   15:53 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

UNICEF adalah singkatan dari United Nations Children's Fund, atau dalam arti singkat nya adalah dana anak perserikatan bangsa-bangsa. UNICEF termasuk organisasi internasional yang telah membantu banyak anak di dunia dibanding organisasi kemanusiaan lainnya. UNICEF lahir tepatnya pada tanggal 11 Desember 1946. Saat itu UNICEF didirikan untuk membantu anak-anak di Eropa, Tiongkok, dan Timur Tengah yang sedang dalam porak poranda kala itu akibat perang. UNICEF  lahir di Indonesia pada tahun 1948. Dimulai dari membantu penyediaan bantuan darurat kala itu untuk mencegah musibah kelaparan yang terjadi pulau Lombok. Setelah setahun UNICEF menjalankan bantuannya di pulau Lombok terjadilah perjanjian resmi pertama yang ditanda tangani oleh Indonesia untuk membantu membangun dapur susu di D.I.Yogyakarta yang pada saat itu menjadi pusat pemerintah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Pada tahun 1953 tugas yang diemban oleh UNICEF akhirnya melebar. UNICEF membantu memenuhi kebutuhan anak-anak di Negara-negara berkembang. Maka pada saat itulah kata "international" atau "emergency" dihapuskan dari nama UNICEF, dan organisasi ini resmi menjadi "United Nations Children's Fund". Progam kerja UNICEF di Indonesia sangatlah beragam. Dimulai dari keberlangsungan hidup, dan kesehatan anak, pendidikan, perlindungan anak, gizi, air, dan sanitasi dan kebijakan sosial. UNICEF bekerja sama dengan pemerintahan dan telah menyepakati beberapa rancangan yang dirangkum dalam "Rencana Aksi Program Kerja". Berikut beberapa tujuan utama UNICEF dalam Rencana Aksi Program Kerja ;

  • Menurunkan angka gagal tumbuh (stunting) balita sebesar 14%
  • Meningkatkan pangsa rumah tangga yang menggunakan air minum bersih sebesar 15%
  • Menurunkan angka kematian balita sebesar sepertiga, dari 24 ke 16 kematian per 1.000 kelahiran hidup
  • Mencapai cakupan imunisasi lengkap sebesar 90% untuk kelompok anak usia 12-23 bulan
  • Meningkatkan tingkat partisipasi pendidikan anak usia dini dari 63% ke 72% dan mengadopsi inovasi untuk peningkatan akses dan pembelajaran bagi anak-anak yang paling marjinal
  • Meningkatkan cakupan layanan kesehatan, sosial, atau hukum bagi anak yang mengalami kekerasan dari 10% ke 20%

Pandemi covid-19 merupakan suatu hal yang tidak diduga, tidak ada yang siap dengan hadirnya virus tersebut dan kita harus hidup berdampingan dengan virus tersebut. Khususnya bagi anak-anak, covid-19 membuat mereka menjadi harus kembali beradaptasi dengan keadaan yang ada sekarang karena penyebaran covid-19 yang begitu cepat. Seluruh dunia sedang menghadapi berbagai macam tantangan terkait dengan pandemi COVID-19, tetapi risiko terkait keselamatan dan kesejahtaraan anak-anak -- sebagai salah satu kelompok yang paling rentan -- menjadi jauh lebih tinggi dan intensif dalam keadaan darurat kesehatan. Fenomena yang berskala besar, ditambah dengan rasa takut terhadap hal-hal yang berkaitan serta kondisi penuh ketidakpastian, dapat berdampak buruk pada lingkungan yang ramah anak-anak, dimana anak-anak sendiri -- maupun orang-orang di sekitar mereka -- menghadapi perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. UNICEF hadir di tengah pandemi  untuk membantu anak-anak di Indonesia tidak terpapar oleh virus covid-19 ini. UNICEF hadir untuk memberikan penyuluhan praktik cuci tangan dan kebersihan serta membagikan peralatan terkait kepada komunitas yang paling rentan, seperti westafel, perlengkapan disinfektan, dan sabun batang. Pandemi covid-19 merupakan krisis global terbesar bagi anak dalam sejarah 75 tahun UNICEF berdiri. Sepanjang 75 tahun UNICEF berdiri mereka sudah banyak membantu dan menaikan kualitas kehidupan anak di Indonesia, namun angka tersebut mulai terancam saat Covid-19 muncul didunia ini. Angka anak-anak yang kelaparan, tidak ke sekolah, dianiaya, yang hidup di dalam kemiskinan atau dipaksa menikah telah naik, sementara angka anak yang memiliki akses ke layanan kesehatan, vaksin, makanan yang layak, dan layanan penting lainnya justru turun. Laporan di atas juga menyebutkan bahwa angka anak yang hidup di tengah kemiskinan multidimensi kini diperkirakan bertambah sebesar 100 juta anak akibat pandemi. Dalam situasi terbaik sekalipun, akan dibutuhkan tujuh hingga delapan tahun untuk pulih dan mengembalikan angka kemiskinan anak ke tingkat sebelum COVID-19 terjadi. Sebelum pandemi, sekitar 1 miliar anak di seluruh dunia mengalami minimal satu bentuk ketiadaan akses yang parah, yaitu yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, rumah, gizi, sanitasi, atau air. Angka ini naik seiring dengan laju pemulihan yang justru memperlebar jurang kesenjangan antara anak dari kelompok kaya dengan kelompok miskin. Mereka yang paling termarjinalkan tak pelak menanggung beban yang terberat.

  • Saat puncak pandemi, lebih dari 1,5 miliar pelajar tidak ke sekolah akibat kebijakan karantina nasional. Sekolah-sekolah di seluruh dunia ditutup, begitu pula dengan hampir 80 persen proses belajar mengajar tatap muka pada tahun pertama pandemi.Sementara di Indonesia, data Susenas[1] 2020 menunjukkan 4,1 juta anak dan remaja putus sekolah.
  • Masalah kesehatan mental dialami lebih dari 13 persen remaja berusia 10-19 tahun di seluruh dunia. Per bulan Oktober 2020, pandemi telah mengganggu atau menghentikan layanan penting di bidang kesehatan mental di 93 persen negara di dunia.
  • Akibat pandemi COVID-19, angka perkawinan usia anak dapat bertambah hingga 10 juta kasus sebelum dasawarsa ini berakhir.
  • Di seluruh dunia, angka pekerja anak naik ke 160 juta---bertambah 8,4 juta anak dalam empat tahun terakhir. Selain itu, 9 juta anak lainnya berisiko terdesak menjadi pekerja anak per akhir 2022 akibat peningkatan kemiskinan yang dipicu oleh pandemi.
  • Pada puncak pandemi, terdapat 1,8 miliar anak yang tersebar di 104 negara yang layanan pencegahan dan penanggulangan kekerasannya amat terhambat.
  • 50 juta anak mengalami tubuh amat kurus, atau wasting. Inilah bentuk malnutrisi yang paling mengancam nyawa. Angka ini dapat bertambah sebesar 9 juta anak per tauhn 2022 akibat dampak pandemi terhadap pola makan anak, layanan gizi, dan praktik pemberian makan.

Peran UNICEF dalam merespon dan membantu juga menganggulangi dan membentuk kembali masa depan setiap anak di masa pandemi covid-19 adalah ;

investasi untuk perlindungan sosial, sumber daya manusia, dan penggunaan anggaran untuk pemulihan yang inklusif dan tangguh;

Upaya mengakhiri pandemi dan membalikkan kemunduran yang memprihatinkan di bidang kesehatan dan gizi anak---antara lain dengan memanfaatkan peran penting UNICEF dalam distribusi vaksin COVID-19;

Untuk bangkit kembali dengan lebih kuat dan dengan memastikan pendidikan berkualitas, perlindungan, dan kesehatan mental bagi setiap anak.

Untuk mengembangkan ketangguhan agar lebih siap dalam mencegah, merespons, dan melindungi anak dari krisis. Hal ini termasuk pengembangan pendekatan baru untuk mengakhiri kelaparan, melindungi anak dari perubahan iklim, dan menata ulang penganggaran untuk tanggap bencana.

Pada era krisis global, pandemic covid-19 seperti ini belum lagi adanya perubahan iklim yang buruk, pendekatan yang mengutamakan anak menjadi sangatlah penting. Seiring berjalan nya waktu UNICEF bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah dunia, donor, dan organisasi lain untuk kembali membuka jalan untuk waktu yang akan datang. UNICEF memastikan bahwa anak akan selalu menjadi yang pertama dan utama dalam pertimbangan investasi dan yang terakhir di kompromikan. Terwujudnya janji-janji yang dibuat oleh UNICEF untuk di masa depan ditentukan oleh prioritas yang kita buat pada masa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun