Aku terpaku oleh logatnya dan menoleh, temanku yang keluar tempat pengambilan almet sedang mengobrol dengan gadis itu. Well, singkat cerita kita akhirnya berkenalan, dan dia menyatakan dirinya bahwa dia berasal dari medan.
“Jauh jauh dari medan buat ke UPN? Kenapa gak di USU aja? Kan lebih dekat?” Tanyaku, bukan bermaksud apapun, karena aku sendiri pun gak boleh bersekolah jauh-jauh, makanya pilih UPN, dan jujur kaget banget dia sampe bela-belain pindah pulau.
“Karena yaa mau aja sih.” Gadis bernama Thea itu menjawab ringan. “Awalnya memang direkomendasi di USU aja, tapi bosen lah di sana terus.”
Aku mengiyakan saja, kadang memang gak perlu alasan rumit untuk memilih sesuatu kan?
Kita ngobrol banyak sambil coba mie ayam kantin UPNVJ–kalau boleh rating 9,5/10 enak dan harganya affordable– oke lanjut, Thea cerita banyak, kalau dia tuh bukan hanya sekedar orang medan aja tapi dia dibesarkan di Nias, dan banyak juga teman-temannya di SMA Nias nun jauh disana memilih UPN jalur SNBP pula.
“Di sini, di Jakarta ini memang panas, tapi kalau di medan… panasnya tuh panas yang beda gitu, panas yang sampe kayak beda intinya udah gak kayak di Jakarta ini lah,” Thea mengungkapkan salah satu fakta tentang daerah asalnya.
Aku dan temanku pun mengangguk-angguk, “Kalau di nias? Sama kayak di Medan?” Tanyaku.
“Beda, Nias masih ada lah sejuk-sejuknya pagi-pagi, juga gak panas kayak di medan.” Thea menjawab, dia pun balik bertanya pada ku dan pada temanku yang bernama annisa, “BTW, bedanya mie ayam dan mie yamin itu apa sih? Tadi kurang jelas lah.”
Aku memang sudah memberi tahu dia apa beda dari keduanya, namun secara amat singkat, aku pun dan nisa mengulang penjelasan, “Sebenernya nggak terlalu beda, hanya dia lebih berkuah dan lebih banyak kecapnya, kalau mie yamin itu kering dan lebih manis karena kecapnya kayak lebih banyak gitu, tapi kalau mie ayam lebih basah karena pakai kuah.”
“Ohhhhh, dan aku mau tanya, kalau habis dzuhur itu kapan sih? Dan apa itu sih, gak paham aku, apalagi pas mentor nentuin waktu mentoring, nanya mulu aku.” tanya Thea lagi, di pertanyaan itu pun aku langsung menyimpulkan bahwa dia non muslim, yaa walau sudah jelas sekali sih dari mukanya yang agak sipit-sipit itu.
“Gampang, itu namanya waktu shalat, dan di islam itu ada lima waktu.” Nisa menjelaskan, aku pun ikut menambahkan sedikit-sedikit, “kalau habis subuh itu berarti jam sam setengah enam lah, kalau dzuhur itu siang hari, biasanya jam satu, kalau abis ashar itu biasanya jam empat, kalau magrib itu jam tujuh, kalau habis isya dan ini biasanya pasti bakal mulai malam dan selesai malem banget, karena bisa jam delapan atau setengah sembilan,”