Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sesatnya Masjid Ibn-Rusyd-Gothe di Jerman, Masjid Dhirar Versi Modern?

26 Juni 2023   19:08 Diperbarui: 26 Juni 2023   19:13 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesatnya Masjid Ibn-Rusyd-Gothe di Jerman, Masjid Dhirar Versi Modern?

Oleh: Hanifah (Mahasiswi)

Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan Rasul adalah membangun masjid yaitu Masjid Quba sebagai tempat ibadah, berkumpul, bermusyawarah dan mengatur berbagai urusan kaum Muslimin sekaligus memutuskan perkara diantara mereka. Selain itu fungsi masjid pada masa Rasulullah adalah untuk memberikan pengajaran terkait hukum-hukum Islam dan Al-Qur'an kepada kaum Muslimin di Madinah dan sebagai tempat peristirahatan kaum musafir. Pada hakikatnya masjid pada masa Rasulullah tidak hanya difungsikan untuk pelaksanaan ibadah namun juga berfungsi sebagai sekolah dan berbagai kegiatan masyarakat lainnya. Hal ini pun berlanjut hingga generasi setelah Rasulullah yaitu pada masa kekhilafahan Umayyah, Abbasiyah dan Utsmaniyah yang memfungsikan masjid sebagai jantung pemerintahan dalam mengatur seluruh urusan kaum Muslimin. Hikmah nya kaum Muslimin dahulu sangat dekat dan betah di masjid.

Berbeda dengan zaman modern sekarang ketika masjid saat ini lebih banyak difungsikan dalam hal pelaksanaan seremonial ibadah saja tanpa membawa pesan politis di dalamnya. Masjid cenderung sepi dan hanya ramai ketika di momen-momen tertentu saja. Bahkan tak jarang masjid justru dijadikan sebagai alat propaganda untuk menghancurkan aqidah kaum muslimin, menyebarkan ide-ide sekuler liberal dan memecah belah barisan mereka. Hal inilah yang terjadi pada Masjid Ibn-Rusyd-Gothe di Jerman yang didirikan oleh Seyran Ates yang juga seorang feminis dan pengacara di Jerman. Berbagai aktivitas sesat di masjid ini ditunjukkan dengan mendukung muslimah menjadi imam sholat yang jama'ahnya terdiri laki-laki dan perempuan dalam satu shaf yang sama. Masjid ini juga mendukung pelaksanaan sholat tanpa harus menutup aurat.

www.washingtongpost.com
www.washingtongpost.com

Tidak cukup dengan itu, masjid ini selain mengenalkan ide-ide liberal, juga mengenalkan kampanya elgebete. Dukungan ini terlihat jelas dalam halaman awal website masjid sekaligus aksi terbukanya dalam pengibaran bendera pelangi yang di posting dalam instagram resminya. Walaupun masjid ini terlihat sesat dan menyimpang, namun eksistensi keberadaanya telah legal bahkan seluruh proyek masjid dibiayai oleh Kementerian Urusan Keluarga, Lansia, Perempuan, dan Pemuda sebagai bagian dari kampanye "Democracy Living".

newsdetik.com
newsdetik.com

Kampanye elgebete ini seakan dikemas dengan slogan bahwa "Cinta pada dasarnya adalah sesuatu yang halal" (Liebe ist halal). Izin perilaku elgebete atas nama cinta ini diserukan dengan adanya "sertifikat  halal" sebagaimana sertifikat MUI dengan dalih mewujudkan Islam yang progresif dan inklusif. Anehnya, meskipun Seyran Ates menjunjung tinggi prinsip kebebasan beragama dan perilaku, ia justru melarang penggunaan niqab dan burqa di dalam masjidnya. Ates mengatakan "Pada dasarnya, pintu masjid terbuka untuk siapa saja dengan satu  pengecualian. Tidak ada yang boleh masuk dengan niqab atau burka." (Spiegel Magazine).

suara.com
suara.com

Fenomena perilaku elgebete semakin masif digencarkan oleh negara-negara Barat demi menjunjung tinggi kebebasan berekspresi. Tercatat hingga kini jumlah varian orientasi seksual dan gender terus meningkat hingga berjumlah 40 jenis. Para kaum elgebete dan yang membelanya seakan tak tahu malu mengekspresikan diri mereka yang memiliki orietasi seksual yang menyimpang. Mirisnya dalam mengkampanyekan ide atau gaya hidup bebas mereka, kaum elgebete justru mengambil dalil-dalil agama atau simbol agama dalam hal ini agama Islam, demi mempertahankan eksistensi mereka dan agar terhindar dari diskriminasi manusia lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun