Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsumsi di Sidang Skripsi: Budaya atau Gratifikasi?

30 Januari 2023   19:22 Diperbarui: 30 Januari 2023   21:28 1999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsumsi di Sidang Skripsi: Budaya atau Gratifikasi?

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)

Sidang skripsi adalah salah satu tahapan dalam ujian kelulusan yang harus dilalui oleh setiap mahasiswa untuk mempresentasikan skripsinya di hadapan dosen penguji dan dosen pembimbing. Hampir seluruh kampus di Indonesia menerapkan sidang skripsi sebagai syarat bagi setiap mahasiswanya untuk meraih kelulusan. Pada sebagian kampus, sidang skripsi ini tidak hanya berlangsung sekali melainkan tiga kali mulai dari seminar proposal, seminar hasil dan sidang akhir.

Adapun teknis pelaksanaan sidang skripsi ini adalah setiap mahasiswa mempresentasikan skripsinya dengan singkat dan padat. Kemudian dosen penguji akan memberikan pertanyaan atau  beberapa saran untuk menguji dan memperbaiki skripsinya. Dosen juga akan memberikan nilai untuk menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa dalam ujian tersebut. Namun pada pelaksanaan sidang skripsi ini ada salah satu kebiasaan yang telah turun temurun dilakukan oleh mahasiswa yaitu menyajikan konsumsi untuk dosen penguji.

Konsumsi yang disajikan cukup bervariasi mulai dari nasi kotak beserta minumannya atau ketika sidang skripsi berlangsung di bulan ramadhan maka konsumsi yang disajikan adalah berupa takjil atau kue seperti brownies, roti dan lain-lain. Walaupun hal ini memang bukan hal yang wajib, bagi mahasiswa yang mampu tentu menyanggupi penyajian konsumsi ini. Namun bagi sebagian mahasiswa yang tidak mampu, mereka juga tetap harus berusaha untuk menyajikan konsumsi karena segan rasanya atau bisa dinilai tidak beretika jika mahasiswa tidak menyajikan konsumsi untuk dosen saat sidang skripsinya.

Budaya atau Gratifikasi?

Penyajian konsumsi dalam sidang skripsi memang sudah menjadi budaya di seluruh kampus di Indonesia dan bisa dinilai positif karena merupakan tanda terima kasih dari mahasiswa kepada dosen yang telah membimbing selama perkuliahan dan meluangkan waktunya untuk hadir dalam ujian skripsinya. Namun pada beberapa kasus tertentu penyajian konsumsi ini bisa dinilai gratifikasi karena ada sebagian dosen yang malah memberatkan mahasiswa dalam penyajian konsumsi.

Seperti pada kampus-kampus tertentu yang mahasiswanya harus merogoh kocek dalam-dalam untuk menyiapkan makanan konsumsi dengan merek yang terbilang cukup mahal ketika akan bersiap maju sidang. Mahasiswa memang menyanggupi penyajian konsumsi ini, namun jika konsumsi yang disajikan harus sesuai kemauan dosen dan dengan merek tertentu, hal ini cukup membebani mahasiswa yang belum berpenghasilan. Ada juga dosen-dosen tertentu yang merasa "uring-uringan" saat menguji karena mahasiswanya tidak menyediakan konsumsi sesuai kemauannya padahal konsumsi tersebut harganya cukup mahal.

Fenomena penyajian konsumsi dalam sidang skripsi ini bisa dinilai mengkhawatirkan bahkan termasuk korupsi skala kecil jika ada pandangan negatif kepada mahasiswa yang tidak menyediakan konsumsi atau konsumsi yang disediakan hanya sederhana seperti nilai yang didapat hanya seadanya atau pertanyaan-pertanyaan dalam sidang justru menjadi lebih sulit. Tentu fenomena ini bisa mencederai etika dan moralitas pendidikan dan menimbulkan sikap sewenang-wenang dosen terhadap mahasiswa.

Sesungguhnya fenomena penyajian konsumsi dalam sidang skripsi ini tidak terlepas dari penyalahgunaan wewenang atau tugas pejabat maupun pegawai negara dalam sistem pendidikan sekuler kapitalisme. Dimana setiap tanggung jawab terhadap wewenang atau tugas mesti harus ada timbal balik atau untung yang di dapatkan. Aspek amal jariyah dalam pengajaran ilmu di sistem sekuler dipinggirkan bahkan dihilangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun