Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Bukan Kolaborasi

17 Mei 2021   12:46 Diperbarui: 17 Mei 2021   13:06 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Toleransi secara bahasa berasal dari kata tolerance. Maknanya adalah “to endure without protest”, yang artinya menahan perasaan tanpa proses. Kata tolerance kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi toleransi. Berasal dari kata toleran yang berarti bersikap atau bersifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda atau yang bertentangan dengan pendiriannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Toleransi merupakan suatu topik yang sensitif khususnya di Indonesia. Para tokoh dan intelektual pendidikan sering menggaungkan toleransi di setiap saat baik dalam lingkungan kampus, sekolah maupun di masyarakat. Namun tahukah kalian bahwa sebenarnya, toleransi ini sudah dicontohkan jauh ribuhan tahun yang lalu oleh Rasulullah SAW, para sahabat dan juga generasi Islam terdahulu. Yang dimana sejak zaman Rasulullah saw. dan khulafaur rasyidin Islam tidak pernah bermasalah dengan kata “toleransi”.

Saat Rasulullah saw hijrah ke Madinah, beliau mulai mewujudkan visinya yaitu membangun negara Islam. Untuk mewujudkan visi tersebut beliau mulai membangun masjid, mempersaudarakan kaum muslimin yakni antara kaum Muhajirin dan Anshar, kemudian beliau membuat perjanjian yang mengatur kehidupan sesama kaum muslimin dan mengadakan perjanjian dengan pihak Yahudi. Inti dari bentuk perjanjiannya dengan pihak Yahudi itu adalah bahwa Islam memberikan tuntunan bagaimana menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. Tidak memaksa non-Muslim untuk masuk ke dalam agama Islam (QS Al-Baqarah : 256), saling menasihati dan tidak berbuat dzalim antar sesama manusia. Rasulullah pun pernah menjenguk orang Yahudi yang sedang sakit, melakukan jual-beli dengan non muslim, bahkan beliau bertetangga dengan non-Muslim dan hidup damai satu sama lain.

Hikmah dari perjanjian yang diadakan Rasullah dengan pihak Yahudi telah menunjukkan adanya keadilan perilaku Rasulullah saw terhadap mereka. Namun perjanjian damai yang adil antara kaum Muslimin dengan Yahudi ini tidak berlangsung lama karena selang beberapa waktu kaum Yahudi melanggar perjanjian dengan melakukan penipuan, menganggu kaum Muslimin, pengkhianatan bahkan sampai membunuh kaum Muslimin.

DR. ‘Ala’ Abu Bakar dalam bukunya berjudul “Islam Yang Paling Toleran” menjelaskan bahwa pemeliharaan kebenaran dan penegakkan keadilan merupakan dua unsur pokok yang dikembangkan oleh Islam dalam menjalin hubungannya dengan para pemeluk agama lain. Ini dibuktikan dengan fakta di Mesir, pada masa abad pertama hijriah dibawah pemerintahan Maslamah bin Makhlad, banyak gereja-gereja yang didirikan. Kemudian pada masa kepemimpinan Khalifah Abdul Aziz bin Marwan ketika membangun kota Halwan, beliau pun mengizinkan agar gereja ikut dibangun di dalamnya.

Seorang sejarahwan Kristen, T.W. Arnold, dalam bukunya, “The Preaching of Islam”, menuliskan “Sekalipun jumlah orang Yunani lebih banyak dari jumlah orang Turki di berbagai provinsi khilafah yang ada di bagian Eropa, toleransi keagamaan diberikan kepada mereka. Perlindungan jiwa dan harta yang mereka dapatkan membuat mereka mengakui kepemimpinan sultan atas seluruh Umat Kristen. Kaum Cossack yang merupakan penganut kepercayaan kuno dan selalu ditindas Gereja Rusia menghirup suasana toleransi dengan kaum Kristen di bawah pemerintahan Sultan”.

Begitu indah toleransi yang diterapkan oleh Khilafah hingga kaum Nasrani Syam pada tahun 13 H menulis surat kepada Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah yang isinya: “Wahai kaum muslim, kalian lebih kami cintai daripada Romawi, mereka seagama dengan kami, kalian lebih menepati janji kepada kami, lebih lembut kepada kami dan tidak menzalimi kami. Kalian lebih baik dalam mengurusi kami. Romawi hanya ingin mendominasi segala urusan kami dan menguasai rumah-rumah kami.” (Al-Baladzuri, Futuh al- Buldan, 139)

Itulah bukti-bukti historis yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sangat toleran dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Sebenarnya masih banyak bukti-bukti historis yang lainnya, namun tidak akan cukup bila dipaparkan dalam artikel ini. Dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwa sejak dahulu Islam sudah menunjukkan sikap-sikap toleran tanpa sering berkoar-koar tentang toleransi. Toleransi yang dicontohkan oleh generasi Islam pilihan, tidak lain adalah hasil dari meneladani Rasulullah saw. yang merupakan sebaik-baiknya teladan.

Ada sebuah pengalaman, dari seorang teman yang ketika itu ia bercerita kepada saya mengenai pengalaman toleransinya yang menurutnya sangat berkesan dan menyentuh. Ia mempunyai keluarga yang sebagian adalah seorang katholik, dan keluarganya yang sebagian besar beragama Islam. Keluarganya yang beragama Khatolik itu berasal dari adik eyangnya yang pindah agama ke Khatolik. Ia bercerita meskipun agama mereka berbeda tetapi keluarga mereka tetap rukun dan sering berkumpul bersama. Yang membuat teman saya salut ialah ketika Eyangnya sama sekali tidak mempermasalahkan adiknya yang pindah agama. Walaupun saat pertama kali mengetahuinya ia terkaget, tetapi dapat dimaklumi bahwa itu hanyalah reaksi alami dalam keluarga.

Toleransi dalam keluarga mereka dimulai dengan hal-hal sederhana seperti saling menghargai ibadah antar agama masing-masing, juga saat kumpul keluarga, mereka yang beragama Khatolik sering mengingatkan dalam hal beribadah dan pada saat Natal ketika teman saya tidak mengunjungi dan mengucapkan hari raya mereka, mereka pun dapat memahaminya, dan tidak pernah bermasalah deengan hal itu.

Ada pula teman saya yang lain, ia pernah bercerita kepada saya bahwa ia dan keluarga sering memberikan makanan lebih atau kue-kue kepada tetangganya yang beragama Kristen untuk sekedar menumbuhkan rasa kebersamaan. Ia pun memberikannya dengan ikhlas atas dasar adab bertetangga, supaya dapat menjadi tetangga yang selalu damai dan saling membantu satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun