Mohon tunggu...
hanifa hafiza
hanifa hafiza Mohon Tunggu... mahasiswa -

because I love my mother, wherever I am I will fight for her happy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Your Admirer in Illusion Part 2"

28 November 2017   19:26 Diperbarui: 28 November 2017   20:49 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semestinya tak ku lanjutkan harapan ini. Keputusan yang ku ambil sendiri dengan masalah yang ku buat sendiri. Harusnya, aku telah lupakan dia dari benak dan pikiranku. Membuang bayang-bayang yang selalu mengganggu waktu. Merampas hati yang ku siapkan untuk seseorang yang menemaniku nanti. Tapi nyatanya tidak sesuai rencanaku. Tak sedikitpun tentangnya menghilang dari pikiranku. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mana mungkin aku lupa.  Sesok yang ku kagumi dua tahun silam, sekarang mulai membagi sedikit waktunya untukku. Meski kebersaaman hanyalah milik malam. Tetap saja ini kesempatan yang mungkin tak akan terulang lagi.  

Dia ciptaan tuhan yang menurutku mendekati sempurna, sampai saat ini belum kutemui kekurangan dan kesalahan dalam dirinya. Karena dia, aku lebih bersemangat. Dia tetap menjadi alasan ku lebih baik, alasan untuk meraih impian-impianku dan untuk menetap di kota ini. Sungguh alasan yang klasik.

Aku tak begitu cantik, tak begitu pintar, dan sangat jauh dari kata sempurna. Apa mungkin bisa meluluhkan hati seorang senior yang banyak di kagumi dan di perbincangkan para wanita. Bukan hanya teman-temanku di kampus, bahkan banyak senior-senior yang mengaguminya. Aku hanya wanita yang sembunyi di bawah kharismanya.  Dia yang tak pernah tau, I admire it to this day.

Kekaguman ini seperti metamorphosis sempurna, yang kupupuk setiap hari. Anehnya saat aku mencoba mengendalikan diri, dia malah menghubungiku terlebih dahulu. Bagaimana mungkin aku tak membalas. Jelas-jelas ini yang ku tunggu setiap hari. Tak ingin selesai begitu saja. Aku terus mencari perbincangan agar chatingan ini terus berlanjut. Dan hasilnya, semesta begitu cepat merenggut kebahagian. Malam begitu larut, tak ada alasan untuk melarangnya pergi. Lalu ku persilahkan dia untuk beristirahat, agar  dia mendapatkan pagi yang dia inginkan.  

Beberapa hari ini tak ku lihat kabarnya. Tak tahan jemari ini ingin menghubunginya dengan alasan ingin memberikan kue kukus. Ku beranikan diri ini untuk menghubunginya terlebih dahulu.

 "Mas kalo sempat mampir ke kos ya, ada kue kukus. nah ini ada sisa satu^-^"

(dengan hati yang tak karuan aku menunggu balasan pesan yang ku kirim) tibalah balasan "iya dek".  Keesokan hari, ku hubungi lagi dia untuk mengambil kue kukus. Dia membalas "iya dek, setelah ini aku mampir ke kos ya". Kedatangannya yang ku tunggu-tunggu, hingga 1 jam berlalu tak ada kabar darinya. Tak berhenti ku lihat WhatsApp, muncullah status teratas yaitu status dirinya. Foto sebuah mangkuk berisi bakso bakar dan satu gelas soda anggur, terlihat slip pembayaran makanan beratas nama Maya. Meringis hatiku, ingin rasanya marah. seperti dipermainkan. Hatiku mulai resah dan sedih. Tiba-tiba dering handphone bordering. Terlihat pesan darinya. Hatiku masih belum terima, rasanya tak ingin ku balas. Akan tetapi bila tak ku balas akan menaruh kecurigaan. Aku putuskan untuk membalas pesannya sekaligus menghindar.

Ini benar-benar mengganggu pikiranku. Apa yang aku lakukan. Wajar saja bila dia pergi dengan wanita lain. Toh aku bukan siapa-siapa. Ahh ini sudah diluar batas, perasaanku tak bisa ku ajak berdamai. Setelah berfikir sehari penuh ku sadari apa yang telah ku lakukan itu salah. Tiba di waktu biasanya dia beristirahat. Tanpa rasa marah aku mengirim pesan singkat. Bercakapan berlangsung begitu singkat dan kami memutuskan untuk keluar bersama. Walaupun tak jelas arah dan tujuannya. Itu sudah cukup meredakan rasa marahku. Bahagia saat berada tepat dibelakangnya. Tak henti-henti ku meminta kepada Allah untuk meluluhkan hatinya, selalu ingatkan aku di setiap harinya, dan semoga ada pertemuan yang selanjutnya.  

Ingin sekali rasanya ku siapkan makan malam saat pulang kerja, memberi perhatian, menghabiskan malam dengan obrolan manis, nonton bersama dan hal lainnya. Akan tetapi, dia tidak pernah memberi jalan ataupun memberi ruang.  Andaikan ada harapan, ingin dengannya tapi tak bisa. Setelah beberapa kali semesta merencanakan pertemuan kami. Aku pun tersadar. Rasanya aku tak pantas berada disampingnya baik dari segi fisik maupun yang lainnya. Terlalu banyak perbedaan diantara kami. Mengaguminya  sebagai bagian terindah di hari-hari ku.

Ya Allah ampuni aku, karena sampai saat ini aku masih menyimpan kekaguman untuk salah satu insan-Mu yang begitu dekat denganku. Di saat yang bersamaan aku jadi melupakan-Mu, menempatkan-Mu kesekian dihatiku. Shalatku jadi tidak khusyuk karena terbayang-bayang wajahnya.  Aku yakin, bila  Allah berkehendak tak ada kata mustahil. Jika dia memang takdir baik untukku, untuk agamaku, untuk keluargaku, semoga Allah mempertemukan kami dalam ikatan pernikahan.  Bila memang rasa  kagum ini sama dengan rasa cinta yang membuat jauh dari-Mu, maka hilangkanlah. Kumohon pertemukan aku dengan orang-orang yang mencintai-Mu di atas segalanya, yang mencintaiku karena-Mu, yang kucintai karena-Mu. Amin ya rabbal alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun