Mohon tunggu...
Nadim AlLande
Nadim AlLande Mohon Tunggu... Penulis - Study Sosiology

Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Raja Haji Tanjungpinang. Bercita-cita ingin abadi, dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Banjir Jakarta, Krislog Kepri, dan Bahaya Penghapusan AMDAL

4 Januari 2020   10:29 Diperbarui: 10 Februari 2020   14:09 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadim Seketaris Umum HMI komisariat STISIPOL RH. Dokpri.

Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi !" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar (Qs al-Baqarah/2:11-12).

Seperti dikutip dilaman : Suara.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut banjir Jakarta dan daerah penyanggah Ibu Kota dikarenakan kerusukan alam. Yaitu kerusakan ekosistem dan ekologi.

Sehingga Jokowi menyebut penanganan banjir di Jakarta dan sekitarnya harus dikerjakan secara bersama-sama baik pemerintah pusat, daerah dan pemerintah kota.

"Semuanya bekerja sama dalam menangani ini. Karena ada yang disebabkan kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada," ujar Jokowi di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020).

Krisis ekologi diIndonesia belarut seiring waktu sepanjang  waktu. Bukan baru-baru ini saja bahkan banjir memang selalu menjadi langganan bagi warga Jakarta.

Banjir juga bisa dikarenakan gejala alam seperti tingginya air laut sebab Gunung es mencair, bisa juga dikarenakan akibat jahilnya perbuatan manusia. Bukan saling menayalahkan antara gubenur ini gubenur itu, presiden ini president itu. Tapi memang menjadi kausalitas bersama guna memecahkan masalah lingkungan yang dirusak oleh manusia itu sendiri.

Menurut JJ Rizal selaku sejarawan dalam Opini "Ribuan Tahun Banjir Jakarta" : Banjir besar 2002, 2007, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2020 sesungguhnya berakar dan suatu gambaran situasi kacau Jakarta kontemporer itu. Bahakan menurutnya juga pembangunan "Tata ruang telah berubah menjadi tata uang.

Mulai dari rawa-rawa di utara Jakarta sampai dengan lembah pegunungan di selatan Jakarta dirambah. Kata orang Betawi "kampung pohon" dan "kampung air" telah diambil alih manusia rakus. Mereka mengambil tanah juga airnya disedot. Tak pelak terjadi penurunan permukaan tanah."

Banjir jakarta salah satu kesalahan manusia yang tidak mencintai alam serta menjaga alam itu sendiri, konon kemajuan yang paling utama adalah perbanyakan investasi demi perbaikan pembangunan ekonomi namun abai terhadap lingkungan.

Padahal seperti kata Bung Hatta tidak perlu ribet-ribet "... cita-cita rakyat kita : hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani dan maupun rohani". Untuk itu pemerintah harus lebih memerhatikan kebahagian serta kemakmuran rakyat yang sederhana bukan justru merusak kebahagian dan kemakmuran dengan mendatangakn investasi yang merampas Tanah dan ekspolitas alam lainya. Semua ini  menguntungkan segelintir elite yang juga bodoh peduli terhadap lingkungan, apalagi sampai ada wacana penghapusan AMNDAL dan IMB.

KRISLOG (Krisis Ekologi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun