Sebentar ramah tamah dengan penduduk dan mendengar instruksi dari aparat setempat setelah itu saya dan beberapa relawan langsung ikut terjun mengevakuasi beberapa korban tewas yang masih tertimbun sampah di dalam rumah di bantu dengan warga dan aparat TNI serta Polisi.Â
Aroma tak sedap terus menusuk hidung bahkan membuat mual perut, dengan sekop dan cangkul kami bekerja hingga siang hari.Â
Korban yang tewas langsung di bawa ke rumah sakit dengan ambulance dan akan di data di sana, mengingat tempat kejadian tidak memungkinkan untuk mendata korban-korban yang meninggal.
Setelah tugas hari itu selesai, esoknya kami datang kembali dengan membawa dua karung pakaian bekas yang layak pakai serta obat-obatan yang di butuhkan warga di lokasi kejadian.
Sungguh ini peristiwa yang tragis dan tak di sangka sebelumnya, sampah yang menggunung hingga ratusan meter dapat meledak hingga longsor menimbun rumah-rumah warga.Â
Ini adalah peringatan keras saat itu bagi masyarakat setempat khususnya dan juga warga Indonesia umumnya untuk lebih perduli dalam pengelolaan sampah agar tidak terjadi lagi kejadian seperti di TPA Leuwi Gajah hingga menelan korban ratusan jiwa.
Maka setelah kejadian longsor di TPA Leuwi Gajah pemandangan sampah-sampah yang menumpuk hampir  terlihat di setiap sudut-sudut jalan di kota Cimahi.Â
Terlebih lagi di area pasar, seperti pasar Atas dan pasar Antri tumpukan sampah bahkan sampai menggunung dan berserakan ke jalan di penuhi lalat.Â
Sudah di pastikan aroma tak sedap menyebar kemana-mana mengganggu kesehatan masyarakat.
Jangankan lagi di perkotaan kecil seperti di Cimahi, kota Bandung Raya pun terdampak signifikan akibat meledaknya TPA tersebut sebab tak ada lagi tempat pembuangan sampah akhir.
Saya kira ini menjadi hal yang harus di pikirkan ke depannya yaitu pengelolaan sampah yang baik dan benar serta tempat pembuangan akhir yang juga mesti di rencanakan.Â